Operasi penyerangan besar-besaran di wilayah timur Suriah itu, tepatnya di desa Baghouz Al-Fawqani, dimulai sejak Sabtu 9 Februari.
Grup pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mengatakan SDF, yang merupakan aliansi pejuang Kurdi dan Arab, menghadapi kesulitan dalam menumbangkan sekelompok terakhir militan ISIS di Baghouz Al-Fawqani.
"SDF bergerak perlahan di beberapa kantong wilayah terakhir ISIS," ucap kepala SOHR, Rami Abdel Rahman, seperti disitir dari kantor berita AFP.
Rintangan utama dalam operasi ini, tambah Rami, adalah banyaknya ranjau darat, penembak jitu serta jaringan terowongan yang dibuat ISIS di bawah desa Baghouz Al-Fawqani.
Baca: Butuh 10 Tahun untuk Bersihkan Ranjau Peninggalan ISIS
Juru bicara SDF Mustafa Bali mengonfirmasi ada beberapa personelnya yang "ditawan ISIS" di desa tersebut. Namun ia membantah laporan yang menyebutkan para tawanan itu sudah dieksekusi mati.
Sedikitnya 500 militan ISIS diyakini masih berada di Baghouz Al-Fawqani. Diyakini mereka semua adalah jajaran komandan serta militan terbaik ISIS.
Saat masih berjaya beberapa tahun lalu, ISIS menguasai banyak wilayah di Irak dan Suriah, yang totalnya dapat mencapai ukuran negara Portugal. Wilayah ISIS kini berkurang drastis, dan grup tersebut hanya beroperasi di provinsi Deir Ezzor, Suriah.
Sementara itu, Agensi Pengungsian Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) melaporkan pada awal Februari bahwa hampir 30 anak-anak di Suriah timur meninggal dunia dalam dua bulan terakhir.
Kematian terjadi saat mereka bersama orang tua masing-masing berusaha melarikan diri dari beberapa wilayah terakhir yang masih dikuasai ISIS.
Jubir UNHCR Andrej Mahecic mengatakan malnutrisi dan hipotermia adalah dua penyebab utama meninggalnya 29 anak-anak di Suriah timur sejak Desember tahun lalu. Mereka adalah bagian dari sekitar 10 ribu orang yang melarikan diri dari cengkeraman ISIS di dekat perbatasan Irak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News