Sebelumnya militer Israel mengklaim hanya menembaki para pengunjuk rasa yang berusaha merusak pagar perbatasan Gaza-Israel.
"Selamat kepada para prajurit kita semua," tulis Netanyahu dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sky News, Sabtu 31 Maret 2018.
"Israel beraksi dengan penuh semangat dan tekad untuk melindungi kedaulatan serta keamanan warga," lanjut dia.
Bentrokan antara pasukan Israel dengan masyarakat Palestina di perbatasan Gaza-Israel sejak Jumat kemarin merupakan yang paling mematikan dalam empat tahun terakhir.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres telah menyerukan adanya "investigasi independen dan menyeluruh" terhadap apa yang terjadi di perbatasan Gaza-Israel.
Namun kerangka resolusi Dewan Keamanan PBB yang ditujukan kepada Israel untuk menahan diri, telah dicegah oleh Amerika Serikat yang memiliki hak veto.

Pengunjuk rasa Palestina melarikan diri dari gas air mata. (Foto: AFP)
Palestina menggelar unjuk rasa hingga enam pekan ke depan di sepanjang perbatasan Gaza-Israel. Mereka mendorong agar bisa kembali ke tanah mereka, yang kini sudah menjadi milik Israel.
Militer Israel mengestimasi sekitar 30 ribu pengunjuk rasa hadir dalam demonstrasi pada Jumat kemarin. Israel menuding Hamas -- kelompok bersenjata yang menguasai Hamas -- berada di balik pengunjuk rasa untuk mendorong terjadinya kekacauan.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan 16 warga sipil tewas ditembak Israel, dan lebih dari 750 lainnya terkena peluru tajam, peluru karet dan gas air mata.
Sabtu kemarin, Kepala Militer Israel Ronen Manelis membantah pasukannya berlebihan dalam menangani pedemo. Israel mengklaim 16 orang yang tewas itu berusia antara 18 dan 30 tahun, yang merupakan anggota dari faksi militan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News