Grup Save the Children mencatat ada sekitar 440 ribu kasus diduga kolera di Yaman tahun ini, yang angkanya sudah melampaui total sepanjang 2018.
Sementara data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa hampir separuh dari pasien kasus kolera di Yaman adalah anak-anak. Sejauh ini, WHO mencatat jumlah anak-anak yang meninggal akibat kolera di Yaman mencapai 193.
Rata-rata kematian akibat kolera di Yaman meningkat saat konflik di negara tersebut memasuki tahun ke depan. Konflik telah menghancurkan infrastruktur air bersih dan sanitasi di Yaman, yang diperlukan dalam mencegah penyebaran kolera.
Bakteri kolera hidup di air terkontaminasi, dan dapat menyebabkan penderitanya mengalami muntah-muntah, diare dan dehidrasi. Dalam beberapa kasus, kematian dapat terjadi dalam hitungan jam usai penderita mengalami dehidrasi.
Save the Children menyerukan komunitas internasional untuk segera memberikan bantuan ke Yaman menjelang datangnya musim hujan.
"Wabah penyakit (di Yaman) rentan terjadi karena buruknya sistem kesehatan dan sanitasi. Kondisi ini diperburuk dengan banyaknya warga telantar dan kasus malnutrisi," kata Tamer Kirolos, direktur Save the Children di Yaman, disitir dari Independent, Senin 8 Juli 2019.
"Jumlah kasus diduga (kolera) relatif stabil dalam beberapa pekan terakhir. Tapi penyakit ini bersifat endemik, dan kami khawatir akan ada lonjakan tajam akibat hujan dan banjir," imbuhnya.
Upaya penanggulangan wabah kolera di Yaman sulit dilakukan karena hanya separuh dari total infrastruktur kesehatan yang masih berfungsi. Sisanya sudah tutup atau hanya separuh operasional.
Konflik Yaman telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat sekitar 9,2 juta anak-anak kehilangan akses air bersih. Ketersediaan bahan bakar juga tidak stabil, sehingga berimbas pada lambannya pengumpulan dan penghancuran sampah. Hal tersebut membuat beberapa titik di Yaman menjadi lahan subur bagi bakteri berbahaya seperti kolera.
Baca: Anak-anak Tewas dalam Serangan Koalisi Saudi di Yaman
Anak-anak pengidap malnutrisi tiga kali lebih rentan meninggal akibat kolera dibandingkan yang sehat. Kolera sendiri merupakan kontributor utama dari malnutrisi di Yaman.
"Selama konflik ini masih berlangsung, sistem air bersih tidak akan berfungsi dengan baik dan aliran dana bantuan juga tersendat. Hal yang dapat kami lakukan saat ini adalah menjaga sebanyak mungkin anak-anak agar mereka semua dapat tetap bertahan hidup," sebut Kirolos.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News