Namun, negara-negara seperti Rusia dan Tiongkok kini berupaya mengurangi ketergantungan mereka pada dolar melalui strategi dedolarisasi.
Langkah ini bukan hanya untuk menghindari pengaruh AS, tetapi juga untuk membangun sistem keuangan global yang lebih mandiri. Berikut adalah alasan di balik upaya Rusia dan Tiongkok dalam menantang dominasi dolar.
Dampak Sanksi Ekonomi terhadap Rusia
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Moskow menjadi target sanksi berat dari negara-negara Barat. Sanksi ini membuat Rusia tidak dapat menggunakan dolar dan euro untuk transaksi internasional. Sebagai respons, Rusia mulai mencari alternatif, termasuk:Yuanisasi Ekonomi: Rusia meningkatkan penggunaan yuan untuk cadangan devisa dan perdagangan internasional.
Misalnya, perdagangan rubel-yuan meningkat 80 kali lipat dari Februari hingga Oktober 2022. Rusia juga meningkatkan cadangan yuan hingga 60% dari National Wealth Fund.
Perdagangan Emas: Rusia menjual emas ke Tiongkok dengan diskon hingga 30%, meskipun perdagangan emas ini menghadapi kendala besar seperti larangan impor dari negara-negara G7.
Namun, langkah ini tidak tanpa risiko. Ketergantungan pada yuan menempatkan Rusia dalam posisi rentan terhadap kebijakan Tiongkok. Beijing memiliki kendali atas nilai tukar yuan-rubel dan dapat memengaruhi perdagangan Rusia kapan saja.
Ambisi Yuanisasi Global Tiongkok
Bagi Tiongkok, dedolarisasi adalah bagian dari strategi jangka panjang untuk mempromosikan yuan sebagai mata uang internasional.Kerja sama dengan Rusia memberikan Tiongkok peluang untuk menguji coba kebijakan moneter dan keuangan di lingkungan terkendali. Berikut adalah langkah-langkah yang telah diambil Tiongkok:
Perjanjian Swap Mata Uang: Tiongkok dan Rusia telah menjalin perjanjian swap mata uang sejak 2014, memungkinkan kedua negara untuk berdagang tanpa menggunakan dolar.
Standar Internasional untuk Logam Mulia: Rusia dan Tiongkok berencana menetapkan standar internasional baru untuk emas dan logam mulia lainnya, yang harganya akan ditetapkan berdasarkan mata uang nasional anggota.
Namun, ambisi Tiongkok menghadapi tantangan besar. Yuan hanya menyumbang 2,7% dari cadangan devisa global, jauh di bawah dolar yang mendominasi lebih dari 50%.
Selain itu, negara-negara lain masih ragu untuk menerima yuan dalam skala besar karena kebijakan kontrol modal Tiongkok.
Dedolarisasi adalah upaya ambisius Rusia dan Tiongkok untuk menantang dominasi dolar dalam sistem keuangan global.
Sementara langkah ini memberikan peluang untuk mengurangi pengaruh AS, tantangan besar tetap ada, termasuk ketergantungan pada yuan dan resistensi global terhadap perubahan. Apakah dedolarisasi akan berhasil? Waktu yang akan menjawab.
Baca Juga:
Kenapa Indonesia Bergabung dengan BRICS? Simak Penjelasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News