Protes anti pemerintah Venezuela terus merebak (Foto: AFP).
Protes anti pemerintah Venezuela terus merebak (Foto: AFP).

Protes Meletus di Venezuela saat Presiden Tantang Kudeta

Arpan Rahman • 01 April 2017 16:55
medcom.id, Caracas: Di Venezuela mulai ramai seruan untuk protes jalanan, Sabtu 1 April. Di saat ketegangan dalam krisis politik dan ekonomi telah menggiring negara ini menuju keruntuhan.
 
Barisan lawan Presiden Nicolas Maduro menyerukan rakyat Venezuela agar turun ke jalan dan mendesak tentara supaya meninggalkan presiden. Mereka mengecam gerakan Maduro untuk mengkonsolidasikan kekuasaan sebagai sebuah "kudeta."
 
 
Maduro memegang kekuasaannya lebih dari setahun dengan mengelak dari lawan sayap kanan. Tetapi, pada Jumat 31 Maret, sebuah tanda perpecahan muncul di kubunya ketika Jaksa Agung membubarkan barisan dengan dirinya.
 
Ketidakpastian masih menghantui bangsa yang dilanda kekurangan pangan dan kejahatan penuh kekerasan ini. Venezuela telah mengalami tiga kali upaya kudeta militer sejak 1992.
 
Maduro Menantang
 
Maduro menghadapi kritik terkuat yang pernah muncul dari dalam kubunya sendiri, Jumat, ketika Jaksa Agung mengutuk putusan pengadilan baru-baru ini telah memperkuat cengkeraman presiden sosialis di jantung kekuasaan.
 
Disiarkan langsung televisi pemerintah, Jaksa Agung Luisa Ortega mengecam apa yang disebutnya "kerusakan tatanan konstitusional."
 
Dia merujuk pada dua putusan Mahkamah Agung pekan ini yang secara efektif membubarkan badan legislatif berisi mayoritas oposisi dan mencabut kekebalan anggota parlemen dari penuntutan.
 
Para seteru Maduro dan analis politik menduga itu sebuah kudeta. Kekuatan internasional bergerak mengutuknya. Pemerintah membantah tuduhan tersebut.
 
Maduro berkata dalam sebuah pidato di tengah sorak-sorai pendukungnya, Jumat: "Di Venezuela, konstitusi, sipil, politik, dan hak asasi manusia, dan kekuasaan rakyat berkekuatan penuh."
 
Dia bersumpah "mengadakan dialog dan konstitusi, untuk menyelesaikan kebuntuan" antara Jaksa Agung dan pengadilan.
 
Ia juga katakan telah menjadwalkan pertemuan antarkepala keamanan untuk "membahas dan menyusun resolusi."
 
Baku Hantam, Penangkapan
 
Ketua DPR, Julio Borges, menyerukan militer dan lembaga lainnya agar mengikuti teladan Ortega dan bersuara melawan Maduro.
 
"Sekarang adalah waktu untuk mematuhi perintah hati nurani Anda," katanya, seperti dilansir AFP, Sabtu 1 April 2017.
 
Protes jalanan meletus di hari kedua, Jumat, di Caracas. Mahasiswa berbaris ke Mahkamah Agung, di sana mereka bentrok lawan tentara.
 
Para pengunjuk rasa juga memblokir jalan-jalan di lingkungan kelas pekerja, Petare, dan anggota parlemen oposisi bentrok dengan pendukung Maduro di pusat kota. Dua mahasiswa dan seorang wartawan ditangkap, kata aktivis.
 
Keprihatinan Internasional
 
Kecaman internasional telah bertaburan dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Spanyol, Jerman, dan sejumlah negara Amerika Latin.
 
Kepala Organisasi Negara Amerika (OAS), Luis Almagro, menyerukan dewan permanen kelompok regional untuk mengadakan pembicaraan soal situasi krisis ini.
 
Blok regional Amerika Selatan, Mercosur -- yang membekukan keanggotaan Venezuela pada Desember -- juga akan mengadakan pembicaraan krisis, Sabtu, yang diumumkan Argentina.
 
Kekuatan Perjuangan
 
Pihak oposisi Persatuan Demokrasi Meja Bundar (MUD) menang telak di pemilu legislatif, Desember 2015.
 
Tapi pengadilan telah membatalkan setiap undang-undang yang disahkan oleh legislatif saat ini.
 
Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, tetapi jatuhnya harga minyak telah melemahkan pendapatan, mendorong kerawanan pangan, obat-obatan, dan barang-barang pokok.
 
Maduro tidak menghendaki pemilihan presiden ulang sampai Oktober 2018. Namun ia telah dipaksa buat menangkis upaya oposisi mengelar pilpres untuk menyingkirkan dirinya dari kekuasaan.
 
Seruan Unjuk Rasa
 
Di luar sebuah supermarket di Caracas, warga Venezuela sedang gelisah mendengar kabar itu tatkala mereka antre mau membeli jatah makanan.
 
"Kalau bukan kudeta, yang terlihat tampaknya seperti itu," kata Eduardo Rodriguez, seorang mekanik 58 tahun. "Ini kelihatan sangat buruk di mata saya," sebutnya.
 
Kelompok oposisi menyerukan protes jalanan lebih ramai, Sabtu.
 
"Kita harus keluar dan membela demokrasi," kata Sara Ramirez, 68, portir bangunan, yang ikut mengantre.
 
Tetapi beberapa orang lain mengeluhkan konflik politik. "Saya tidak mendukung kedua pihak," kata Yandry Diaz, 18, yang bekerja di sebuah toko sepatu.
 
"Apa yang mereka inginkan adalah agar kami turun ke jalan, berkelahi, dan membunuh satu sama lain, sehingga mereka bisa memegang kekuasaan," cemoohnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan