Langkah ini dilakukan sebagai respons atas kebijakan tarif baru yang dicanangkan oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump.
Melanir BBC, Sabtu, 28 Juli 2025, tarif tambahan tersebut diperkirakan menambah beban biaya Nike hingga USD1 miliar sepanjang tahun ini.
Tak ingin terbebani, perusahaan olahraga global itu mulai memindahkan sebagian besar produksi dari Tiongkok ke negara lain, termasuk Vietnam dan Indonesia, dua pusat manufaktur terbesar Nike saat ini.
Relokasi besar
Wakil Presiden Keuangan Nike, Matthew Friend, mengungkapkan bahwa saat ini sekitar 16 persen sepatu Nike yang masuk ke AS masih diproduksi di Tiongkok. Namun, angka itu akan dipangkas menjadi kisaran satu digit pada akhir Mei 2026.Baca juga: Nike Terdampak Lambatnya Pemulihan Ekonomi Tiongkok |
Tarif AS jadi pemicu utama perubahan strategi
Tarif besar-besaran yang diumumkan Trump pada 2 April disebut sebagai “Liberation Day” dan menyasar barang dari berbagai negara. Nike pun tak luput dari dampaknya.Barang dari Vietnam dikenai tarif 46 persen, sementara dari Indonesia 32 persen. Meskipun kemudian sebagian tarif ditangguhkan selama 90 hari untuk negosiasi, situasi ini mendorong Nike segera melakukan adaptasi strategi.
Saham Nike naik
Meski menghadapi tekanan tarif, Nike tetap menunjukkan performa yang cukup tangguh.Dalam laporan keuangan terbaru, pendapatan kuartalan perusahaan mencapai USD11,1 miliar, angka terendah sejak kuartal-III 2022, namun tetap melebihi ekspektasi analis.
Lonjakan saham Nike hingga 10 persen setelah jam perdagangan menunjukkan bahwa pasar menyambut positif strategi efisiensi perusahaan, termasuk pemindahan produksi dari Tiongkok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News