Usai mundurnya Al-Bashir, angkatan bersenjata Sudan mengerahkan pasukan untuk berjaga di ibu kota Khartum untuk mengantisipasi adanya demonstrasi lanjutan.
Sementara itu, Kelompok pegiat Sudan, Asosiasi Profesional Sudan (SPA) meminta militer segera menyerahkan kekuasaan kepada rakyat, untuk membentuk pemerintahan peralihan.
Dilansir dari CNN, Jumat 12 April 2019, protes anti-pemerintah telah berlangsung selama empat bulan akibat ekonomi yang tak berjalan dengan baik. Warga juga meminta Al-Bashir segera mengakhiri pemerintahan yang telah dipegangnya selama 30 tahun.
Baca: Ribuan Demonstran Terus Desak Mundur Presiden Sudan
Demonstrasi di Sudan diawali dengan kekhawatiran warga mengenai melonjaknya harga roti dan bahan bakar minyak sejak Desember tahun lalu. Namun demo tersebut berubah menjadi penentangan terhadap Bashir.
Lebih dari 1.000 orang dilaporkan telah ditangkap sejak aksi protes dimulai di Sudan. Sejumlah grup hak asasi manusia mengatakan lebih dari 40 orang telah dibunuh dalam bentrokan dengan aparat keamanan Sudan.
Februari lalu, Al-Bashir telah mendeklarasikan status darurat nasional, membubarkan pemerintah federal dan memecat tiga menteri.
Al-Bashir meraih kekuasaan di Sudan saat berhasil mengkudeta Perdana Menteri Sadiq al-Mahdi. Kemudian ia membubarkan pemerintahan, partai politik, dan serikat dagang lalu mendeklarasikan diri sebagai Ketua Dewan Komando Revolusioner.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News