Pernyataan Kilo menyusul ucapan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir pada Selasa kemarin, yang mengaku "sedang berdiskusi dengan Washington mengenai pasukan apa yang harusnya disiagakan di Suriah timur."
Jubeir juga mengaku telah menawarkan mengirim pasukan ke Suriah sejak konflik di negara tersebut meletus pada 2011.
Baca: Arab Saudi Siap Kirim Pasukan ke Suriah
Berbicara dalam sebuah wawancara dengan Quds Press, Kilo menekankan bahwa menyelesaikan krisis Suriah hanya bisa dilakukan melalui pemahaman berskala internasional.
"Suriah kini terbagi. Amerika menguasai 28 persen, Rusia 40 persen, Turki 10 persen, dan mereka semua memiliki pasukan besar di sini. Oleh karena itu, solusi hanya bisa dicapai melalui kesepakatan internasional yang dapat memastikan implementasi dari segala bentuk perjanjian dapat dilakukan," ujar Kilo, seperti dikutip Middle East Monitor, Rabu 18 April 2018.
Mengenai Presiden Bashar al-Assad, Kilo mengatakan banyak warga meyakini masa depannya tidak lama lagi.
"Banyak orang tidak dapat membayangkan bagaimana bisa Assad yang telah membunuh sekitar satu juta warga Suriah dapat terus memimpin," ungkap Kilo.
Usai memerintahkan serangan ke Suriah pada 14 April, Presiden Donald Trump mengaku akan segera menarik pasukan dari Suriah. Sejak awal kampanye, ia menegaskan tidak mau terlalu terlibat di Suriah.
Namun Presiden Prancis Emmanuel Macron justru bersikap sebaliknya, dan ingin terlibat lebih dalam di Suriah. Macron bahkan sempat membujuk Trump agar tetap mensiagakan pasukan AS di Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News