Sebelumnya AS meluncurkan serangan setelah serangan roket pada Jumat yang dikaitkan dengan milisi Kataeb Hezbollah (KH). Serangan dari kelompok itu membunuh seorang kontraktor militer AS yang bekerja dengan pasukan Irak dan AS.
Milisi Kataeb, yang menyerukan pembalasan, mengatakan setidaknya 25 anggotanya tewas dalam serangan itu, dan puluhan lainnya terluka.
"Kami menekankan bahwa Irak adalah negara merdeka, dan keamanan internalnya diprioritaskan, dan perhatian serius, dan tidak akan diizinkan menjadi medan perang, atau rute untuk melancarkan serangan," ucap Kementerian Luar Negeri Irak mengatakan dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip AFP, Selasa, 31 Desember 2019.
Sementara Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengecam serangan ini karena dikhawatirkan bisa membuat negara makin terjerembab dalam konlfik proksi antara AS dan Iran.
“Perdana menteri menilai serangan dari Amerika sebagai tindakan keji yang tidak dapat diterima,” sebut kantor Perdana Menteri Irak.
Kataeb Hezbollah dan milisi lain yang didukung Iran memiliki posisi rumit di Irak. Paramiliter ini berperang melawan ISIS dan secara resmi menjadi bagian dari pasukan keamanan Irak.
Namun para pejabat AS telah meningkatkan kekhawatiran tentang apakah pemerintah Irak benar-benar memiliki kendali atas ISIS dan kelompok-kelompok lain yang didukung Iran.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri AS mengatakan aksi militer terbaru itu "dirancang untuk melindungi pasukan Amerika dan warga Amerika di Irak, tetapi itu juga bertujuan untuk menghalangi Iran."
Seperti dilaporkan Tom Bowman dari NPR, milisi ini "telah menembakkan mortir dan roket ke pasukan AS di lokasi-lokasi di seluruh Irak."
Pemerintah AS menyalahkannya atas serangan baru-baru ini di pangkalan Irak di dekat kota Kirkuk di mana seorang kontraktor AS tewas. Serangan di pangkalan yang digunakan oleh pasukan AS dan Irak, yang melibatkan lebih dari 30 roket, juga melukai empat anggota layanan AS dan dua tentara Irak, menurut Kementerian Pertahanan AS.
Militer AS mengatakan pihaknya meluncurkan "serangan defensif yang presisi" terhadap tiga fasilitas milisi di Irak dan dua di Suriah. Jonathan Hoffman, seorang asisten Sekretaris Pertahanan, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa lokasi tersebut "termasuk fasilitas penyimpanan senjata dan lokasi komando dan kontrol yang digunakan KH untuk merencanakan dan melakukan serangan terhadap pasukan koalisi (Operasi Inherent Resolve).”
Hoffman menekankan bahwa KH memiliki hubungan yang kuat dengan Pasukan Quds elit Iran. Dia mengatakan bahwa mereka telah menerima senjata dan dukungan lain dari Iran yang dihidupkannya pasukan koalisi.
"AS dan mitra koalisinya sepenuhnya menghormati kedaulatan Irak, dan mendukung Irak yang kuat dan independen. Namun, A.S. tidak akan terhalang untuk menggunakan haknya untuk membela diri,” sebut Hoffman.
Kataeb Hezbollah pun menyatakan akan membalas serangan ini. Mereka mengatakan sekarang pihaknya terbuka untuk semua kemungkinan.
Serangan KH sebelumnya tidak menyebabkan cedera serius. Tetapi mereka cukup untuk membuat khawatir para pejabat AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News