Menurut laporan grup pemantau Syrian Observatory for Human Rights dan kantor berita SANA, ledakan terjadi di pangkalan udara Shayrat di provinsi Homs. Ledakan terjadi saat para prajurit sedang memindahkan amunisi yang sudah kedaluwarsa.
SOHR memprediksi jumlah korban tewas kemungkinan bertambah karena banyaknya tentara yang berada dalam kondisi kritis.
Laporan resmi dari SANA menyebut ledakan di pangkalan udara Shayrat itu terjadi karena kesalahan teknis.
Pangkalan udara Shayrat merupakan instalasi penting bagi militer Suriah dalam perang sipil yang telah berlangsung selama lebih dari delapan tahun. Pangkalan tersebut pernah diserang Amerika Serikat pada 2017.
Kala itu, AS menyerang pangkalan Shayrat sebagai respons atas serangan kimia di kota Khan Sheikhoun. Washington menuduh Damaskus berada di balik serangan tersebut.
Perang sipil di Suriah bergejelok sejak 2011. Sepanjang perang, sejumlah grup militan bermunculan, termasuk Islamic State (ISIS) yang mendeklarasikan kekhilafahan pada 2014. Kekhilafahan tersebut telah runtuh, meski sejumlah militan ISIS diyakini masih bergerak secara sembunyi-sembunyi.
Sebagian besar wilayah grup militan dan pemberontak di Suriah berada di utara, termasuk Idlib. Sekitar empat bulan lalu, pasukan pemerintah dan Rusia melancarkan operasi besar-besaran di Idlib.
Sejak saat itu, sekitar 750 warga sipil diperkirakan telah tewas dalam rangkaian serangan udara. Bombardir bertambah intens secara dramatis dalam dua hari terakhir, dengan 75 orang dilaporkan tewas dalam kurun waktu 24 jam.
Meski Idlib dibombardir habis-habisan, pasukan Suriah di bawah komando Presiden Bashar al-Assad belum mencapai kemajuan berarti dalam menghabisi grup pemberontak dan militan.
Baca: AS Kutuk Serangan Udara Rusia-Suriah di Idlib
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News