Kematian 78 orang terjadi satu hari usai serangan udara rezim menewaskan 31 warga sipil lainnya di Ghouta timur. Gempuran terjadi saat Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak dilakukannya gencatan senjata di Suriah untuk penyaluran bantuan kemanusiaan.
Ghouta Timur dan Idlib, dua provinsi yang menjadi lokasi serangan udara sepanjang pekan ini, disebut sebagai zona deeskalasi berdasarkan kesepakatan tahun lalu. Awalnya, perjanjian tersebut bertujuan membuka jalan menuju perdamaian.
Dilansir AFP, Rabu 7 Februari 2018, komite yang diberi mandat PBB mengatakan bahwa eskalasi kekerasan baru-baru ini telah "mencederai" kesepakatan tersebut.
Tambahan korban jiwa di Ghouta terjadi saat Amerika Serikat mengancam tindakan militer terkait laporan adanya penggunaan senjata kimia di Suriah, tepatnya di Idlib.
Baca: Serangan Udara Tewaskan 29 Orang di Ghouta Timur
Menurut grup pemantau Syrian Observatory for Human Rights, jumlah korban tewas di Ghouta meningkat dari laporan awal 16 menjadi 78, termasuk 19 anak-anak. Terdapat pula tambahan korban luka sekitar 100 orang.
PBB menyayangkan berlanjutnya serangan di Ghouta. Padahal jika akses dibuka, PBB dapat mengirimkan tiga konvoi berisi bantuan kemanusiaan per pekan, yang akan diberikan kepada lebih dari 700 ribu warga sipil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News