Kapal supertanker Grace 1 milik Iran. (Foto: AFP)
Kapal supertanker Grace 1 milik Iran. (Foto: AFP)

Tanker Iran Siap Tinggalkan Gibraltar Kendati Ditekan AS

Arpan Rahman • 18 Agustus 2019 14:46
Gibraltar: Agen pelayaran untuk supertanker Grace 1 milik Iran -- yang disita di tengah ketegangan diplomatik dengan Barat -- mengatakan bahwa kapal tersebut sudah siap meninggalkan Gibraltar dalam "24 hingga 48 jam ke depan."
 
Disitat dari Forces Network, Minggu 18 Agustus 2019, pernyataan disampaikan usai Kementerian Hukum Amerika Serikat mengeluarkan perintah untuk menyita Grace 1. Surat perintah dikeluarkan satu hari usai seorang hakim di Gibraltar memerintahkan agar supertanker tersebut dilepaskan.
 
Richard de la Rosa, direktur pelaksana agen pelayaran Astralship, mengatakan bahwa persiapan logistik sedang dilakukan. Ia menambahkan bahwa jajaran kru baru yang berasal dari India dan Ukraina siap mengambil alih komando Grace 1.

Grace 1 disita di Gibraltar atas tuduhan berusaha melanggar sanksi Uni Eropa. Salah satu sanksi itu adalah pelarangan adanya pasokan minyak ke Suriah.
 
Saat disita Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan kepolisian lokal Gibraltar bulan lalu, Grace 1 sedang membawa 2,1 juta barel minyak. 
 
Iran membalas penyitaan dengan menyita kapal tanker berbendera Inggris Stena Impero, yang hingga saat ini masih berada di tangan Teheran. Iran menyebut Stena Impero disita karena "melanggar aturan maritim internasional."
 
Sebelumnya, Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan bahwa pihaknya tidak dapat menjamin keamanan di Selat Hormuz. Pernyataan disampaikan satu hari usai Inggris mengumumkan rencana bergabung dengan AS dalam misi menjaga aktivitas pelayaran di perairan tersebut.
 
Berbicara usai pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri, Rouhani menegaskan keamanan baru dapat terjamin jika Iran diizinkan bergerak bebas di sekitar Selat Gibraltar.
 
"Keamanan dibalas dengan keamanan. Selat dibalas juga dengan selat. Tidak adil jika Anda dapat berlayar bebas di Selat Hormuz, sementara kami tidak boleh melakukannya di Selat Gibraltar," tegas Rouhani.
 
Ketegangan terbaru antara Iran dan dunia Barat dimulai pada musim panas tahun lalu, saat Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir 2015.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan