"Baku tembak disertai adanya tembakan artileri yang sangat intensif," kata Kepala Pusat Rekonsiliasi Rusia di Suriah, Yuri Yevtushenko, dikutip dari AFP, Rabu 28 Februari 2018.
Aksi ini dimulai ketika pasukan pemberontak melancarkan serangan pada siang hari dan terjadi tak lama setelah gencatan senjata dimulai pada 09.00 dan selesai pada 14.00 waktu setempat.
Gencatan senjata ini diusulkan Presiden Rusia Vladimir Putin, agar aparat setempat bisa membentuk koridor kemanusiaan, sehingga warga sipil bisa keluar dari lokasi yang berbahaya.
Angkatan Udara Rusia yang mendukung rezim Suriah, telah melancarkan serangan udara ke wilayah kantong pasukan gerilyawan di Ghouta Timur, selama sepekan terakhir.
Namun Rusia membantah serangan udara yang mereka lancarkan telah membunuh waga sipil. Moskow menegaskan sasaran serangan oleh pasukan rezim adalah berkaitan dengan teroris.
Data PBB menyebut ada sekitar 400.000 orang yang masih terjebak dalam perang antara pasukan rezim Suriah dengan pasukan pemberontak atau oposisi di Ghouta Timur.
Badan-badan PBB siap menyalurkan bantuan untuk menyelamatkan banyak warga sipil di Ghouta Timur yang terjebak dalam perang. Badan-badan PBB juga siap mengevakuasi para korban luka.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres pun menyerukan agar pihak yang berperang melakukan gencatan senjata 30 hari di Suriah. Gencatan senjata selama 30 hari di Suriah merupakan perintah Dewan Keamanan PBB yang mengadopsi resolusi tersebut akhir pekan lalu. Resolusi diajukan oleh Swedia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News