Para ahli di berbagai bidang memberikan pandangan yang beragam mengenai isu ini. Berikut adalah pendapat mereka:
1. Sir Richard Dearlove, Mantan Kepala MI6
Sir Richard Dearlove, mantan kepala MI6, badan intelijen asing Inggris, mengemukakan bahwa konflik global saat ini, khususnya yang melibatkan Rusia, mencerminkan "perang nyata" yang tidak langsung.Ia menekankan bahwa "konflik hibrida" seperti sabotase, disinformasi, dan perang siber kini menjadi cara utama Rusia untuk melawan Barat tanpa keterlibatan militer langsung.
Dearlove juga menyoroti bahwa situasi ini menimbulkan ketegangan besar di antara negara-negara NATO yang terus memperkuat pertahanan mereka.
2. Jamie Dimon, CEO JPMorgan
Jamie Dimon, tokoh utama di sektor keuangan global, mengungkapkan dalam pidatonya bahwa dunia telah memasuki tahap awal Perang Dunia III. Ia menyebut konflik global yang melibatkan Ukraina, Timur Tengah, dan ketegangan di Asia sebagai "tanda-tanda bahaya".Menurutnya, ancaman ini tidak hanya berdampak pada stabilitas geopolitik tetapi juga berpotensi mengguncang pasar keuangan global secara signifikan. JPMorgan bahkan telah melakukan simulasi risiko yang mencerminkan kekhawatiran mendalam terhadap situasi ini.
3. Olevs Nikers, Presiden Baltic Security Foundation
Sebagai Presiden Baltic Security Foundation, Olevs Nikers memperingatkan bahwa dunia berada di tahap akhir pra-Perang Dunia III.Ia menyoroti peningkatan drastis anggaran pertahanan di negara-negara Baltik dan Eropa Timur sebagai respons langsung terhadap ancaman Rusia.
Nikers, yang juga seorang mantan penasihat Menteri Pertahanan Latvia, menegaskan bahwa perang di Ukraina bisa menjadi pemicu konflik global jika tidak segera diredam.
Menurutnya, Rusia telah memanfaatkan kelemahan institusi multilateral untuk memperluas pengaruhnya.
4. David Stevenson, Profesor Emeritus Sejarah Internasional, LSE
David Stevenson dari London School of Economics and Political Science menjelaskan bahwa situasi saat ini mencerminkan Perang Dingin baru, di mana NATO terlibat dalam "perang proksi" melawan Rusia melalui dukungan militer kepada Ukraina.Namun, ia juga memperingatkan bahwa hubungan yang semakin kuat antara Rusia, Cina, Iran, dan Korea Utara menciptakan risiko eskalasi besar yang dapat menyeret dunia ke konflik berskala global.
Stevenson menambahkan bahwa ancaman ini diperparah oleh kurangnya koordinasi antara negara-negara NATO dalam strategi jangka panjang.
5. Edward Newman, Profesor Keamanan Internasional, Universitas Leeds
Edward Newman, sebagai Co-Director Centre for Global Security Challenges, menjelaskan bahwa meskipun norma-norma internasional masih menahan terjadinya perang skala besar, taktik perang hibrida seperti infiltrasi politik, sabotase, dan kampanye disinformasi telah menjadi ancaman utama.Ia menyebut "polycrisis"—gabungan dari berbagai tantangan global yang saling terkait—sebagai faktor yang semakin memperburuk situasi keamanan internasional. Newman juga menyoroti ketidakmampuan institusi global seperti PBB dalam menangani tantangan ini secara efektif.
6. Matthew C. Zierler, Dosen Madya Hubungan Internasional, Universitas Negeri Michigan
Matthew Zierler dari Michigan State University menyoroti dinamika hubungan transatlantik yang berubah, pengaruh Cina yang semakin besar, dan tantangan baru seperti serangan siber sebagai ancaman signifikan.Ia menegaskan bahwa meskipun konflik kecil terjadi di berbagai tempat, hal ini belum cukup untuk mendefinisikan kondisi sebagai Perang Dunia III, tetapi tetap membutuhkan perhatian global.
Zierler juga menggarisbawahi pentingnya kerja sama internasional dalam mengelola eskalasi konflik yang berisiko tinggi.
7. Stephen Van Evera, Profesor Emeritus Ilmu Politik, MIT
Stephen Van Evera dari MIT menjelaskan bahwa perkembangan senjata nuklir telah mengubah kalkulus perang globalIa mencatat bahwa ancaman penghancuran total akibat senjata nuklir membuat konflik langsung antara kekuatan besar hampir mustahil.
Namun, ia memperingatkan bahwa kebijakan yang tidak bijaksana dapat memicu eskalasi yang tidak terkendali. Van Evera juga menekankan bahwa salah perhitungan strategis oleh negara-negara besar dapat memicu bencana global.
8. Walter Dorn, Profesor Studi Pertahanan, Royal Military College
Walter Dorn dari Royal Military College Kanada menyatakan bahwa situasi saat ini lebih mirip dengan Perang Dingin, di mana perang proksi dan persaingan ideologis mendominasi.Dorn menekankan bahwa konflik global dapat dicegah jika negara-negara besar menunjukkan kehati-hatian dalam interaksi mereka, terutama dalam kawasan-kawasan sensitif seperti Timur Tengah dan Asia.
Ia juga mencatat bahwa penguatan mekanisme diplomatik diperlukan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
9. Kristian Gleditsch, Profesor Ilmu Politik, Universitas Essex
Kristian Gleditsch dari University of Essex menjelaskan bahwa meskipun jumlah konflik regional meningkat, koneksi antara konflik-konflik tersebut belum cukup untuk mengindikasikan Perang Dunia III.Ia menyoroti bahwa peningkatan konflik bersenjata sebagian besar dipicu oleh pergerakan kelompok Islamis dan bukan oleh persaingan kekuatan besar seperti di masa lalu.
Gleditsch juga mencatat bahwa tren ini menunjukkan kebutuhan mendesak akan diplomasi yang lebih proaktif.
Para ahli sepakat bahwa meskipun dunia menghadapi banyak konflik dan ketegangan yang mengkhawatirkan, Perang Dunia III belum dimulai. Namun, risiko eskalasi tetap tinggi, terutama jika ketegangan di kawasan seperti Eropa Timur, Timur Tengah, dan Asia tidak segera diredakan.
Kerja sama internasional dan kebijakan yang bijaksana menjadi kunci untuk mencegah pecahnya konflik global berskala besar.
Baca Juga:
Dua Pria Soviet Dalam Sejarah Berhasil Cegah Kiamat Nuklir, Siapa Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id