Puing serangan yang terjadi di Mandera (Foto: CNN)
Puing serangan yang terjadi di Mandera (Foto: CNN)

Al-Shabab Klaim Pengeboman Hotel di Kenya

Arpan Rahman • 26 Oktober 2016 11:50
medcom.id, Mandera: Kelompok militan menyerang sebuah hotel di Kenya utara, Selasa 25 Oktober, menewaskan 12 orang. Serangan itu memicu kemarahan warga Kenya yang menuduh pemerintah tidak becus melindungi mereka dari ancaman tanpa henti.
 
Al-Shabab, kelompok militan Somalia, tak segan mengaku bertanggung jawab, menyatakan secara daring bahwa mereka telah mengebom hotel "untuk membunuh orang-orang kafir." Semua pejuang mereka dikatakan "kembali ke posisi aman setelah operasi."
 
 
Dilansir SF Gate, Selasa (25/10/2016), serangan itu terjadi pukul 3:30 waktu setempat di sebuah hotel di Mandera, kota paling ujung timur laut Kenya. Oktober ini, militan menewaskan enam orang di sana. Kurang dari dua tahun silam, militan membantai puluhan penambang di daerah yang sama, memisahkan kaum Nasrani dari kaum Muslim lalu menembak kepala mereka.
 
Menurut pejabat Kenya, militan meledakkan sebuah bom yang kuat di hotel itu ketika sebagian besar tamu sedang tidur. Sebagian hotel runtuh, dan setidaknya 12 orang tewas dalam puing-puing beton dan baja tulangan. Beberapa korban lainnya luka parah.
 
"Penduduk Mandera perlu bangkit dari mimpi dan menyadari serangan ditujukan demi isolasi ekonomi," kata gubernur Mandera, Ali Roba, menurut Citizen TV di Kenya, seperti dikutip SF Gate.
 
Kenya terjebak dalam perang melawan al-Shabab selama lima tahun, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas buat mengusir kelompok militan dari Somalia. Amerika Serikat (AS) juga telah ikut terlibat, di mana Pasukan Khusus AS diam-diam memperluas perang terselubung di Somalia terhadap al-Shabab, dengan hasil beragam.
 
Beberapa tahun terakhir, al-Shabab telah kehilangan beberapa kota penting, tetapi pada saat yang sama, para pejuang terus mengambil alih kota-kota kecil dan menjaga ketat basis Uni Afrika. Di Mogadishu, ibu kota Somalia, al-Shabab rutin membunuh kalangan pejabat pemerintah. Pada Senin 24 Oktober, seorang pejabat intelijen dibunuh malam-malam dan para pembunuh segera menghilang.
 
Pada Selasa 25 Oktober, saat berbagai laporan mulai menyebar ke seluruh Kenya tentang serangan di Mandera, masyarakat mulai mengkritik respons pemerintah.
 
Seorang wanita Kenya, Ory Okolloh Mwangi, menulis di Twitter, "Mandera berada di bawah serangan dari pukul 2:30 tetapi pasukan keamanan baru muncul sekarang?"
 
Warga Kenya lainnya, Muene, menulis di Twitter, "Kenya sedang diserbu di Mandera tapi presiden hanya terus memberitahu kami bahwa ia telah mengerjakan bagiannya dan keamanannya harus dimulai dari kami sendiri."
 
Kampanye al-Shabab yang menargetkan non-Muslim memiliki dampak buruk pada pendidikan di Mandera. Banyak guru non-Muslim minta dipindahkan, daerah itu jadi kekurangan guru.
 
Al-Shabab tampaknya bergerak cepat. Beberapa jam setelah serangan di Kenya, para pejuangnya menabrakkan sebuah mobil yang dipenuhi bahan peledak ke gerbang pangkalan Uni Afrika di Somalia tengah, menyasar perumahan tentara asal Djibouti. Para militan mengklaim telah menewaskan lebih dari 15 tentara; Uni Afrika tidak mengungkapkan jumlah korban.
 
Seorang juru bicara Uni Afrika mengatakan, dua tentara Djibouti dan lima lainnya luka-luka dalam serangan itu. Presiden Somalia, Hassan Sheikh Mohamud, menelepon pemimpin Djibouti, pada Selasa 25 Oktober, mengungkapkan belasungkawa.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan