ilustrasi artificial intelligence. Foto: Istimewa
ilustrasi artificial intelligence. Foto: Istimewa

Bisakah AI Merawat Orang yang Kita Cintai? Ini Kata Para Ahli!

Annisa ayu artanti • 09 Mei 2025 16:55
Jakarta: Dunia perawatan sosial tengah mengalami transformasi besar. Di Inggris, robot yang melatih perawat, sensor pemantau di malam hari, hingga aplikasi pendeteksi rasa sakit kini mulai digunakan untuk merawat populasi lansia yang terus bertambah.
 
Tapi, di balik semua kecanggihan itu, muncul pertanyaan penting, apakah kecerdasan buatan (AI) benar-benar bisa menggantikan peran manusia dalam merawat orang-orang tercinta?

AI bukan solusi utama

Dr Caroline Green dari University of Oxford mengingatkan, AI hanyalah sebagian dari solusi, bukan keseluruhan jawaban. 
 
"AI hanya bisa menjadi bagian dari solusi, tetapi bukan solusi keseluruhan," ujarnya saat hadir di AI in Social Care Summit dilansir dari laman BBC, Jumat, 9 Mei 2025.

Sebagai direktur penelitian di Institute for Ethics in AI, Dr Green menyoroti berbagai kekhawatiran soal bias dalam sistem AI, potensi diskriminasi, dan penyalahgunaan data pribadi. Bahkan saat ini, Inggris belum memiliki kebijakan resmi soal penggunaan AI dalam pelayanan sosial.
 
"Kita harus sangat berhati-hati dalam menentukan pilihan apa yang akan dimiliki orang di masa depan dan seperti apa masa depan perawatan sosial dengan AI," tegasnya.
 
Baca juga: Perkuat Ekosistem AI Enterprise Pakai Keamanan dan Fleksibilitas

Sensor malam yang selamatkan lansia

Teknologi AI juga mulai diterapkan untuk mengurangi risiko kesehatan. Thomas Tredinnick dari AllyCares menghadirkan sensor yang dipasang di kamar penghuni panti jompo.
 
Sensor ini bekerja sepanjang malam, merekam suara mencurigakan dan mengirimkannya ke perawat yang bertugas. Ini mengurangi kebutuhan patroli rutin malam hari dan membuat penghuni tidur lebih nyenyak.
 
"Staf perawatan memberikan perawatan kepada penghuni yang membutuhkan," ujarnya.

Aplikasi deteksi rasa sakit lewat wajah

Di Elmbrook Court, Oxfordshire, digunakan aplikasi bernama Painchek. Aplikasi ini menggunakan AI untuk mendeteksi rasa sakit lewat ekspresi wajah, terutama pada pasien non-verbal.
 
"Cukup sulit untuk mengidentifikasi rasa sakit pada penghuni yang bersifat non-verbal," kata Aislinn Mullee, wakil manajer panti. 
 
Teknologi ini membantu tenaga medis menentukan dosis obat dan meyakinkan keluarga bahwa orang tercinta tak merasa kesakitan.
 
Semua data disimpan dengan aman dan hanya bisa diakses staf panti.

Robot latih perawat

Di Universitas Oxford, robot ciptaan Dr Marco Pontin mampu bereaksi terhadap sentuhan, bahkan menunjukkan rasa sakit jika disentuh terlalu keras. Robot ini menjadi sarana latihan bagi mahasiswa terapi okupasi.
 
Ia berharap robot bisa menjadi "kembaran digital" pasien nyata, sehingga pengasuh bisa latihan tanpa membahayakan pasien sungguhan.

Jangan gantikan manusia dengan mesin


Lee-Ann Fenge, profesor perawatan sosial di Bournemouth University, menegaskan bahwa teknologi bukan solusi pengganti tenaga kerja. 
 
"Teknologi harus dilihat sebagai alat yang meningkatkan pekerjaan yang sudah ada," katanya.
 
Ia juga mengingatkan pentingnya waktu untuk merenungkan tantangan etika dalam penggunaan AI.
 
"Kita perlu melihat potensi AI dan juga risiko yang dapat ditimbulkannya," ungkapnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan