Kanguru vs Manusia. (Youtube)
Kanguru vs Manusia. (Youtube)

Sejarah Adu Jotos Manusia vs Kanguru: Dari Hiburan ke Kontroversi

Riza Aslam Khaeron • 18 Desember 2024 11:09
Jakarta: Adu tinju antara manusia dan kanguru merupakan fenomena yang pernah populer pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
 
Aktivitas ini bermula sebagai hiburan unik yang dianggap menghibur di Australia dan Amerika Serikat, sebelum menyebar ke negara lain seperti Inggris, Jerman, dan Prancis.
 

Awal Mula

Sejarah Adu Jotos Manusia vs Kanguru: Dari Hiburan ke Kontroversi
Foto: Kanguru vs Manusia. (Vice)
 
Fenomena adu tinju manusia dan kanguru tercatat mulai muncul pada tahun 1891 secara hampir bersamaan di Australia dan Amerika Serikat.

Di Australia, kanguru bernama Jack menjadi bintang utama dalam atraksi tinju yang berlangsung di Melbourne Waxworks, dipandu oleh seorang pelatih bernama Profesor Lindermann.
 
Di Amerika Serikat, kanguru bernama John L. – dinamai berdasarkan petinju terkenal John L. Sullivan – tampil dalam pertunjukan di Philadelphia Zoo. John L. dikenal karena kemampuannya "bertinju" dengan pelatihnya.
 
Kanguru-kanguru ini diberi sarung tinju dan dilatih untuk berdiri di posisi yang menyerupai stance petinju.
 
Dalam posisi ini, kanguru menggunakan lengan depannya untuk bertahan atau menyerang, meski secara alami tujuan mereka adalah menggunakan kaki belakang yang kuat untuk melindungi diri.
 

Popularitas Global

Sejarah Adu Jotos Manusia vs Kanguru: Dari Hiburan ke Kontroversi
Foto: Jacked Kangoroo. (Caters News Agency)
 
Atraksi ini segera menjadi tren global, dipertontonkan di sirkus, karnaval, dan teater. Pada tahun 1893, sekelompok kanguru petinju bahkan dikirim ke Pameran Dunia di Chicago.
 
Fenomena ini mencapai puncaknya ketika kanguru bernama Big Frank bertarung dengan petinju manusia bernama Tom Tully di Madison Square Garden.
 
Selain itu, pada tahun 1895, "Das Boxende Känguruh," sebuah film bisu Jerman, memamerkan konsep serupa di layar lebar.
 
Praktik ini juga diperkenalkan dalam budaya populer melalui film animasi seperti "Mickey’s Kangaroo" (1935) dan novel "Matilda" (1970) karya Paul Gallico yang diadaptasi menjadi film Hollywood pada 1978.
 

Kritik dan Transformasi

Seiring waktu, masyarakat mulai mempertanyakan etika dari adu tinju ini. Pemaksaan terhadap hewan liar untuk bertarung demi hiburan dianggap tidak manusiawi.
 
Banyak kanguru yang terluka atau tewas akibat perlakuan ini, sementara manusia yang bertarung juga tidak luput dari bahaya serius.
 
Namun, simbol "kanguru petinju" berkembang menjadi ikon budaya positif. Selama Perang Dunia II, gambar kanguru petinju digunakan untuk membedakan pesawat tempur Australia dari Inggris.
 
Pada 1983, simbol ini menjadi maskot tim Australia dalam ajang America’s Cup dan kemudian diadopsi oleh Komite Olimpiade Australia sebagai maskot resmi Olimpiade.
 
Kontroversi tentang simbol ini muncul pada Olimpiade Musim Dingin 2010, ketika Komite Olimpiade Internasional (IOC) memerintahkan penghapusan bendera kanguru petinju yang dianggap terlalu komersial. Keputusan ini memicu protes hingga akhirnya IOC mengizinkan bendera tersebut tetap berkibar.
 
Sejarah adu tinju manusia dan kanguru mencerminkan perjalanan masyarakat dalam memahami hubungan manusia dengan hewan.
 
Dari fenomena hiburan yang kontroversial hingga menjadi ikon budaya, kanguru petinju adalah pelajaran tentang evolusi sikap terhadap perlakuan hewan.
 
Kini, adu tinju manusia versus kanguru dikenang sebagai bagian unik dari masa lalu yang memberikan inspirasi untuk memperlakukan hewan dengan lebih hormat dan bijaksana.
 
Baca Juga:
Perang Emu: Ketika Australia Kalah Melawan Unggas
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WAN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan