Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengatakan sepasang diplomat itu adalah "agen intelijen" yang keberadaannya tidak pernah dilaporkan ke pemerintah Australia. Keduanya memiliki waktu tujuh hari untuk angkat kaki dari Negeri Kanguru.
"Keputusan ini merefleksikan dampak besar dari serangan, yang menggunakan senjata kimia untuk kali pertama di Eropa sejak perang Dunia II. Serangan dilakukan di area publik dan membahayakan banyak orang," ujar Turnbull, seperti dikutip AFP.
Turnbull mengakui keputusan mengusir dua diplomat Rusia diambil berdasarkan saran dari Inggris, yang menyebut bahwa Skripal dan putrinya, Yulia, diserang dengan gas syaraf militer di Salisbury pada 4 Maret. London menyebut gas syaraf itu adalah tipe yang dikembangkan Rusia.
"Serangan tersebut merupakan pola sembrono dan disengaja dari Rusia yang merupakan ancaman terhadap keamanan internasional," ungkap Turnbull. "Serangan semacam itu tidak boleh diberikan toleransi di negara berdaulat manapun," lanjut dia.
Atas kasus Skripal ini, Turnbull meminta Moskow untuk segera memaparkan seluruh program senjata kimianya berdasarkan hukum internasional.
Saat ini, AS memimpin jumlah pengusiran diplomat di angka 60. Sementara sedikitnya 144 diplomat telah diusir dari 21 negara Eropa.
Sementara itu hingga kini, Skripal dan Yulia masih dalam kondisi kritis. Rusia berulang kali membantah terlibat dalam penyerangan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News