"Fadhli masih berada di Selandia Baru. Rencananya tiba di Jakarta besok malam pukul 19.25 (WIB)," kata ibunda Fadhli, Natalia Damayanti, saat dihubungi Medcom.id, Selasa 19 Maret 2019.
Penembakan brutal yang dilakukan Brenton Tarrant -- pria 28 tahun asal Australia -- telah menewaskan 50 orang dan melukai puluhan lainnya. Dari total korban tewas, salah satunya adalah seorang WNI bernama Lilik Abdul Hamid.
Natalia mengatakan Fadhli telah bertemu Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya. Saat penembakan terjadi, Fadhli yang berhasil melarikan diri dari Masjid Al-Noor, sempat menghubungi Dubes Tantowi untuk meminta pertolongan. Saat mencoba menelepon itu, Fadhli sedang bersembunyi di sebuah rumah warga di dekat masjid.
"Sudah bertemu Pak Dubes (Tantowi), dan juga sudah bersama-sama melayat ke kediaman Pak Lilik," ucap Natalia.
Menurut pengakuan Natalia, Fadhli cukup terguncang akibat penembakan tersebut. Oleh karenanya, pihak keluarga meminta Fadhli untuk pulang, sebuah keputusan yang juga didukung sekolah Fadhli, Aviation Academy NZ. Sekolah mengizinkan Fadhli pulang untuk sementara.
"Saat ini Fadhli sedang sakit, karena tidak bisa tidur sejak kejadian itu," ungkap Natalia. Mengenai berapa lama Fadhli akan berada di Indonesia, Natalia mengatakan tergantung dari kondisi fisik dan mental anaknya.
"Dan juga kondisi di Christchurch, apakah sudah benar-benar aman atau belum," lanjut dia.
Kekhawatiran mengenai adanya aksi susulan diperparah terjadinya insiden penabrakan gerbang sebuah masjid di Victoria, Australia, dan juga penembakan di Utrecht, Belanda.
Penembakan di sebuah stasiun trem di Utrecht menewaskan tiga orang. Tidak ada WNI yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Kepolisian Belanda telah berhasil menangkap pelaku, yang diketahui berkewarganegaraan ganda, Belanda-Turki.
Baca: Kesaksian WNI yang Selamat dari Penembakan Selandia Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News