Senator Leila de Lima, orang yang kerap mengkritik pemerintahan Duterte bersama Senator Richard Gordon yang mengepalai komite senat keadilan, mengatakan pengakuan Duterte memberikan jalan untuk 'mengusir' pria yang baru enam bulan menjabat sebagai presiden itu.
"Itu pengkhianatan kepercayaan publik dan merupakan kejahatan tinggi karena pembunuhan massal tentu masuk dalam kategori tersebut. Dan kejahatan tinggi adalah dasar untuk dilakukannya pemakzulan," kata de Lima, seperti dikutip Guardian, Kamis (15/12/2016).
Gordon menambahkan pengakuan Duterte bisa menjadi bumerang. Menteri Kehakiman Filipina, Vitaliano Aguirre, bahkan menuding Duterte selalu melebih-lebihkan dalam mengatakan sesuatu.
"Dia selalu melebih-lebihkan untuk menempatkan dirinya di negara ini. Namun, jika ia membunuh, belum tentu ia melanggar hukum," ucap Aguirre.
Duterte mengaku pernah seorang diri membunuh tersangka kriminal ketika masih menjabat wali kota di kota kelahirannya, Davao. Ia pernah menyusuri sejumlah ruas jalan dengan sepeda motor untuk "mencari masalah."
Pengakuan disampaikan Duterte dalam sebuah pidato, Senin 12 Desember malam, terkait kampanye memberantas kejahatan narkotika.
Operasi pemberantasan yang melibatkan polisi dan para pembunuh misterius itu sejauh ini telah menewaskan sekitar 5.000 orang, sejak Duterte menjadi presiden pada 30 Juni.
"Di Davao, saya sudah melakukannya sendiri. Hanya untuk menunjukkan kepada orang-orang (petugas polisi) bahwa jika saya bisa melakukannya, mengapa Anda tidak bisa," katanya seperti dikutip AFP, menceritakan pengalamannya selama dua dekade sebagai wali kota di daerah selatan dengan populasi 1,5 juta jiwa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News