Juru bicara militer Myanmar Zaw Min Tun mengatakan, penahanan itu merupakan peringatan kepada ARSA. Namun, beberapa tidak mengindahkan peringatan dan tentara terpaksa melepaskan tembakan.
Dilansir dari AFP, Jumat 3 Mei 2019, selama ini laporan-laporan yang muncul selalu bertolak belakang terkait bentrokan antara tentara Myanmar dan warga asli Rakhine State.
Orang-orang yang terluka pun lantas dibawa oleh Palang Merah Internasional ke sejumlah rumah sakit di Sittwe. Palang Merah Internasional menyebutkan, jumlah orang yang terluka meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca: Repratriasi Rohingya ke Myanmar Harus Disertai Infrastruktur Lengkap
"Kami mendesak semua pihak yang terlibat untuk melindungi penduduk sipil sesuai dengan Hukum Kemanusiaan Internasional," sebut pernyataan Palang Merah Internasional.
Sejak 2017, konflik Rakhine seketika menarik perhatian dunia internasional. Bentrok antara tentara dan Rohingya mengakibatkan eksodus besar-besaran Rohingya ke Bangladesh.
Hingga kini, terhitung hampir satu juta lebih pengungsi Rohingya menempati kamp-kamp penampungan di Cox's Bazar dan Kutupalong di Bangladesh. Mereka telah menyatakan tidak ingin kembali ke Rakhine, meski perjanjian repatriasi antara Myanmar dan Bangladesh telah dibentuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News