Baca: WHO: Kasus Baru Korona Lebih Tinggi di Luar Tiongkok.
Keputusan untuk menunda pelatihan militer bersama tersebut dibuat setelah Seoul nyatakan peringatan tingkat tertinggi atas virus korona. Sementara penundaan ini dikonfirmasi oleh Komandan Pasukan Gabungan.
“Pelatihan akan ditunda hingga pemberitahuan selanjutnya,” pernyataan Komandan Pasukan Gabungan, seperti dikutip AFP, Kamis, 27 Februari 2020.
AS memiliki 28.500 prajurit di Korea Selatan untuk memperkuat perlindungan akan ancaman serangan nuklir dari Korea Utara. Kebanyakan dari mereka berpangkal di di Camp Humphreys di Pyeongtaek yang merupakan fasilitas militer terbesar milik AS di luar negeri.
Sementara Korea Selatan memiliki kasus virus korona terbanyak di luar Tiongkok, dimana wabah tersebut pertama kali muncul pada bulan Desember 2019 lalu. Center for Disease Control and Prevention Korea Selatan telah melaporkan angka kematian sebesar 12 orang.
“Lebih dari 80 persen kasus di Korea Selatan berada di Daegu yang merupakan kota terbesar keempat di Korea Selatan dengan populasi sebanyak 2,5 juta penduduk. Korban virus korona juga terdeteksi di Gyeongsang utara,” tutur pihak Dinas Kesehatan dan Pengendalian Wabah Korsel.
Pusat wabah berasal dari Gereja Shincheonji Church of Jesus. Ini sebuah kelompok rahasia yang seringkali dituduh sebagai sekte.
Salah satu anggota wanita berumur 61 tahun mengalami demam pada 10 Februari 2020, namun sempat menghadiri empat pelayanan Gereja di Daegu sebelum akhirnya didiagnosa positif.
Pemeriksaan telah mulai dilakukan terhadap lebih dari 200.000 anggota Shincheonji setelah organisasi tersebut menyerahkan daftar anggota mereka yang terinfeksi pada pihak berwajib.
Virus korona juga menjangkiti seorang prajurit AS di Camp Carroll, yang jaraknya sekitar 30 kilometer utara dari Daegu. Prajurit itu dikarantina di rumahnya sejak Rabu (26 Februari 2020) setelah dites positif virus korona dan menjadi kasus pertama di antara anggota militer AS di Korea Selatan. (Flory Ambarita)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News