Joko (kanan) diselamatkan setelah disandera di Benghazi, Libya sejak 2017 (Foto: Sonya Michaella).
Joko (kanan) diselamatkan setelah disandera di Benghazi, Libya sejak 2017 (Foto: Sonya Michaella).

Kesaksian WNI Kepayahan Cari Makan saat Disandera di Libya

Sonya Michaella • 02 April 2018 13:33
Jakarta: Memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga merupakan impian Joko. Berangkat dari Blitar, Jawa Timur, ia memutuskan untuk bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di kapal pencari ikan milik Malta.
 
(Baca: 6 ABK WNI Berhasil Dibebaskan dari Penyanderaan di Libya).
 
Kapal Salvatore 6 berbendera Malta, tempat ia bekerja, berlayar untuk menangkap ikan di perairan tak jauh dari Benghazi, kawasan sarat dengan perang yang masuk kawasan di Libya.
 
Seketika pada 23 September 2017, kelompok bersenjata yang menguasai Benghazi merangsek masuk ke dalam kapal ikan mereka.
 
Kelompok ini bukanlah militan Islamic State (ISIS), melainkan kelompok yang sangat anti pemerintah. Mereka jugalah yang mengusir ISIS keluar saat Benghazi dikuasai sekitar 2015 silam.
 
"Saya baru kerja beberapa bulan di kapal itu. Baru berlayar, baru dapat enam ikan besar-besar tiba-tiba semua dirampok. Saat itu kalau tidak salah kami berada di 72 mil dari Benghazi," kata Joko saat ditemui Medcom.id di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Senin 2 April 2018.
 
"Alat komunikasi, navigasi sampai celana dalam semua diambil," lanjut dia.
 
Joko mengaku, tidak ada penyiksaan yang ia terima dari kelompok bersenjata tersebut. Namun, ia harus bersabar ketika jam makan tiba, karena belum tentu makanan itu ada.
 
(Baca: Kronologi Pembebasan 6 WNI dari Penyanderaan di Benghazi).
 
"Mereka juga susah kan hidupnya. Jadi ya makan seadanya. Kadang-kadang malah kami nangkap ikan buat dijual sama mereka," tuturnya lagi.
 
Desember 2017, Kementerian Luar Negeri RI baru bisa menghubungi para ABK atas lobi tim KBRI Tripoli dan KBRI Tunis kepada penyandera. Mereka baru memperbolehkan para ABK melakukan komunikasi.
 
Dari komunikasi ini, tim pembebasan yang dinahkodai Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu RI Lalu Muhamad Iqbal pun mengatur strategi untuk segera melakukan upaya pembebasan enam ABK WNI tersebut.
 
Situasi keamanan menjadi pertimbangan utama ketika tim pembebasan yang terdiri dari tim Kemenlu, BIN, KBRI Tunis dan KBRI Tripoli ini memutuskan untuk berangkat ke Benghazi pada 23 Maret kemarin.
 
Hubungan diplomatik yang baik antara Indonesia dan Libya menjadi alasan utama para penyandera mau membebaskan enam ABK WNI tersebut.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan