Pengamat Timur Tengah Universitas Gadjah Mada, Siti Mutia, menilai pernyataan Netanyahu bisa saja memengaruhi hasil dari pemilihan umum yang digelar pada 9 April kemarin.
"Mungkin akam memengaruhi Pemilu, tapi kartu Netanyahu sudah tidak menarik. Dia terlibat korupsi dan sudah beberapa kali menjadi PM Israel," tutur Mutia, saat dihubungi Medcom.id, Rabu 10 April 2019.
Ia menambahkan, pelegalan wilayah Tepi Barat menjadi bagian dari Israel memang bisa saja terjadi. Namun, semua itu tergantung dari pemenang pemilu Israel kali ini.
"Tergantung dari partai apa. Jika Likud kembali berkuasa, kemungkinan akan sama, tapi kalau Partai Buruh, kemungkinan besar akan cenderung berunding," ungkapnya.
Walau Netanyahu saat ini sedang tersangkut masalah korupsi, Mutia menilai kemungkinan dia menang kembali cukup besar. Menurutnya, rakyat Israel menyukai kepemimpinan yang keras, seperti yang diperlihatkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Padahal, kata Mutia, di dalam negeri AS, para anggota Partai Demokrat menentang dukungan Trump untuk Netanyahu. "Inilah yang menyebabkan Two-State Solution ditinggalkan," tuturnya, merujuk pada Solusi Dua Negara dalam konflik Israel dan Palestina.
Dalam wawancara di sebuah stasiun televisi, Netanyahu bertekad mencaplok sejumlah permukiman Yahudi di Tepi Barat jika dirinya terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Israel.
Terdapat sekitar 400 ribu Yahudi yang tinggal di permukiman Tepi Barat, dengan 200 ribu lainnya di Yerusalem Timur. Tepi Barat juga adalah rumah bagi 2,5 juta warga Palestina.
Palestina bertekad mendirikan negara independen yang mencakup wilayah Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza.
Isu permukiman adalah salah satu sumber konflik antara Israel dan Palestina. Warga Palestina menyebut kehadiran permukiman Yahudi membuat pendirian negara independen di masa mendatang sulit terwujud.
Pada 1981, Israel telah mencaplok Dataran Tinggi Golan yang juga tidak diakui di bawah hukum internasional. Bulan lalu, Amerika Serikat mengakui kedaulatan Israel di Dataran Tinggi Golan.
Presiden AS Donald Trump menyebut Dataran Tinggi Golan sebagai "wilayah strategi penting dan keamanan penting bagi Negara Israel dan stabilitas regional." Pada 2017, AS juga telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Baca: Netanyahu dan Gantz Saling Klaim Menang di Pemilu Israel
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News