Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu RI Desra Percaya. (Foto: Marcheilla Ariesta)
Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu RI Desra Percaya. (Foto: Marcheilla Ariesta)

Wawancara Khusus Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu RI

IAF 2018, Wujud Nyata Diplomasi Indonesia ke Afrika

Fajar Nugraha • 24 Maret 2018 15:48
Jakarta: Sebagai wujud nyata strategi diplomasi Indonesia ke Afrika, Pemerintah Indonesia akan mengatakan pertemuan dengan negara-negara di Afrika tahun ini.
 
Forum Indonesia-Afrika akan dilangsungkan di Bali pada 10-11 April. Sedikitnya 20 menteri luar negeri Afrika akan diundang dalam pertemuan ini. 
 
Lantas, seperti apakah IAF itu? Berikut wawancara Medcom.id bersama Desra Percaya, Ph.D, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri.
 
Apa itu Indonesia Africa Forum 2018? Acara ini akan dilaksanakan dalam tingkat apa?
Indonesia-Africa Forum (IAF) adalah forum bersejarah yang pertama kalinya diadakan oleh Indonesia untuk mempertemukan pemerintah, pebisnis dan pemangku kepentingan dari Indonesia dan negara-negara Afrika guna bersama-sama menjajaki potensi kerja sama ekonomi, memperkuat kerja sama teknik dan meningkatkan kerja sama yang telah lama terjalin.

Level tertinggi yang kami undang adalah setingkat menteri, tapi IAF bukan pertemuan tingkat menteri dan membahas isu-isu strategis yang mengemuka antara Indonesia dengan Afrika.
 
Kenapa Indonesia ingin membuat forum ini?
Di bawah pemerintahan Joko Widodo, Indonesia membentuk IAF untuk mewujudkan kedekatan politik antara Indonesia dan kawasan Afrika yang dibangun sejak Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 menjadi kedekatan ekonomi yang nyata.
 
Selain itu, penyelenggaraan IAF juga merupakan implementasi dari arahan Presiden RI untuk fokus menembus pasar non-tradisional, seperti Afrika.
 
Sudah seberapa jauh persiapan IAF 2018?
Alhamdullillah, IAF akan dilaksanakan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) pada 10-11 April 2018. Peserta yang akan diundang sejumlah 550 orang yang berasal dari 53 negara di benua Afrika baik dari pemerintah maupun swasta. Telah terdapat konfirmasi kehadiran pejabat tinggi dari beberapa negara di Afrika seperti Niger, Libya, Mozambik, Nigeria dan lain-lain untuk hadir pada IAF 2018. Selain itu, diharapkan akan terdapat perwakilan pebisnis Afrika dan Indonesia yang turut hadir pada pertemuan tersebut.
 
IAF diharapkan akan dibuka oleh Presiden RI dan diselenggarakan selama dua hari. Pada hari pertama akan diadakan penandatanganan business deals dan announcement kerja sama bisnis Indonesia dan Afrika serta panel diskusi pengambil kebijakan. Hari kedua akan diisi dengan forum bisnis bekerja sama dengan KADIN RI. Selain itu, akan terdapat pameran produk Indonesia yang dikoordinasikan bersama dengan Kemendag.
 
Bagaimana hubungan Indonesia dengan negara-negara di Afrika?
Indonesia memiliki hubungan yang kuat dengan negara-negara Afrika, baik dari segi sejarah maupun budaya.
 
Sejarah panjang hubungan telah dirintis pada abad ke 3 , 7 dan 13 (dan bahkan sebelum masehi). Jejak–jejak kepiawaian nenek moyang kita telah meninggalkan bekas nyata dan berbaur dengan kondisi lokal Afrika dalam bidang pertanian, pelayaran, kesenian, kebudayaan dan tradisi.
 
Kedekatan hubungan tersebut dapat terlihat jelas pada pelaksanaan KTT Asia-Afrika yang pertama di tahun 1955. Lebih jauh lagi, dari segi budaya, terdapat keturunan Indonesia di Cape Town serta penelitian bahwa salah satu nenek moyang warga Madagaskar adalah Indonesia.
 
Hubungan kuat sejarah dan budaya ini yang sedang manfaatkan dan ditransformasikan Indonesia untuk menjadi kerja sama ekonomi konkret, yang memberi manfaat bagi kedua pihak.
 
Sudah sejauh mana diplomasi ekonomi yang dilancarkan Indonesia ke Afrika?
Penetrasi pasar Indonesia ke Afrika sangat gencar, khususnya pada periode pemerintahan saat ini. Hal ini mengingat arahan langsung yang disampaikan oleh Presiden RI. Secara umum, produk ekspor Indonesia dikenal memiliki kualitas baik dan harga kompetitif. Bahkan, beberapa produk Indonesia sudah sangat menyatu dengan warga Afrika dan diklaim sebagai produk negara tersebut, seperti produk mie instan.
 
Selain itu, produk industri strategis Indonesia juga sudah dikenal di beberapa negara Afrika, seperti pesawat CN-235 produksi PT. Dirgantara Indonesia yang digunakan oleh Senegal. Negara-negara Afrika lainnya mulai melirik dan memiliki minat untuk dapat menggunakan produk-produk tersebut, khususnya untuk keamanan nasional dan digunakan dalam misi-misi perdamaian di kawasan.
 
Untuk terus menembus pasar Afrika, Indonesia telah melakukan beberapa langkah, yaitu
Pertama, Indonesia telah mengusulkan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan beberapa negara dan badan regional di Afrika, seperti Angola, Mozambik, ECOWAS (Economic Community of Western African States), Southern Africa Customs Union (SACU) dan East African Community (EAC). PTA dibentuk untuk dapat menurunkan tarif impor yang ada, sehingga akan mendorong peningkatan ekspor ke kawasan.
 
Kedua, Indonesia telah meluncurkan dana Penugasan Khusus Ekspor (National Interest Account) ke Afrika melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia senilai kurang lebih USD 95 juta. Dana ini ditujukan untuk mendorong ekspor produk-produk RI yang dinilai mengalami potensi tapi kesulitan dalam hal pembiayaan. Saat ini, ekspor produk yang sedang dibahas cukup beragam dari pesawat, gerbong kereta hingga proyek jasa infrastruktur.
 
Ketiga, Indonesia juga sedang membahas skema counter-purchase dengan negara-negara tertentu, seperti Nigeria. Mekanisme skema ini yaitu pertukaran produk impor yang diperlukan RI seperti minyak mentah dengan produk strategis RI seperti kereta atau pesawat, proyek jasa infrastruktur dan kerja sama investasi.
 
Baca: Forum Indonesia-Afrika dan Penguatan Ekonomi Kawasan
 
IAF 2018, Wujud Nyata Diplomasi Indonesia ke Afrika

Lagos, ibu kota komersial Nigeria. (Foto: AFP)
 
Afrika memiliki rekam jejak yang dianggap buruk di dunia, bagaimana Kemenlu melihat hal ini?
Afrika, seperti kawasan lainnya, tentu memiliki tantangan tersendiri baik dalam pembangunan, keamanan dan perdamaian. Tapi jangan lupa bahwa Afrika juga memiliki banyak potensi kerja sama yang sering kali tertutup oleh banyak persepsi-persepsi negatif terhadap kawasan tersebut.
 
Indonesia dalam hal ini terus bahu membahu bersama Afrika dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Melalui KAA 1955 kita dengan Afrika telah bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan; misi perdamaian kita pula telah aktif di Afrika, tepatnya Kongo, sejak tahun 1960. Hal ini belum termasuk bantuan kerja sama teknis yang diberikan Indonesia dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan maupun triangular.
 
Di sisi lain, walaupun usaha kerja sama untuk merealisasikan potensi antara Indonesia dan Afrika cukup gencar, hal ini masih dirasa kurang berbanding potensi yang ada. Untuk itu, perlu usaha bersama untuk menepis berbagai persepsi negatif terhadap Afrika dan mendorong potensi antara RI-Afrika menjadi kerja sama yang saling menguntungkan.
 
Afrika kaya dengan minyak, gas dan berlian, sudah adakah pembicaraan perusahaan negara, misalnya Pertamina dan Antam untuk membuka peluang investasi di sana?
Pertamina saat ini telah memiliki investasi di Aljazair serta bekerja sama dengan Nigeria dalam impor minyak mentah. Akuisisi Pertamina atas perusahaan minyak Perancis pada awal tahun 2017 juga telah memberikan akses bagi Pertamina untuk aset ladang gas di Tanzania dan beberapa negara Afrika lainnya. Dalam rangka ketahanan energi, kita akan terus mendorong Pertamina dan pihak lainnya untuk lebih agresif, termasuk investasi eksplorasi maupun eksploitasi migas di negara Afrika lainnya.
 
Di sektor mineral dan tambang, baru-baru ini PT. Timah telah bekerja sama dengan perusahaan lokal Nigeria untuk membangun smelter timah di negara tersebut. Terdapat juga peluang TKI Formal (skilled) dalam bidang Pertambangan dan Migas, seperti di Ambatovy (nikel dan cobalt ) di Madagaskar, emas di Mali dan beberapa negara lainnya.
 
Bagaimana Indonesia bersaing dengan negara lain, seperti Tiongkok dan Jepang yang sudah lebih dahulu masuk ke Afrika?
Indonesia tidak bersaing dengan negara-negara manapun. Kita bersama-sama membangun Afrika dengan kerja sama yang saling menguntungkan. Benua Afrika sangat besar yang
membutuhkan dukungan bersama dari banyak negara seperti RRT, India, Jepang, Indonesia, dan lain-lain
 
Terlebih dalam semangat Kerja Sama Selatan-Selatan, dukungan dari sesama negara berkembang juga penting. Untuk itu, Indonesia telah menjadi tempat bagi Non-Aligned Movement for South-South Technical Cooperation Centre sebagai platform negara berkembang saling membantu dalam kerja sama pembangunan.
 
Selain ekonomi, kerja sama dalam bidang apa yang sedang gencar dilakukan Indonesia di Afrika?
Kerja sama Capacity Building juga akan menjadi salah satu peluang yang menjanjikan dan ditindak lanjuti dengan kerja sama nyata, misalnya dalam pengelolaan pendidikan, perikanan, kedelai, pariwisata dan energi. Sejalan dengan arahan Presiden RI dalam Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI bulan lalu, sudah saatnya Indonesia sebagai negara besar memberikan bantuan kepada sesama negara berkembang. Indonesia saat ini sedang merencanakan pembentukan badan tunggal bantuan internasional (single agency international aid) bernama Indonesia aid dengan anggaran awal sebesar Rp 1 triliun yang diharapkan dapat segera selesai tahun depan
 
Selain itu, sesuai mandat konstitusi Indonesia, kerja sama keamanan dan perdamaian adalah salah satu prioritas Indonesia. Saat ini, misi perdamaian Indonesia turut berpartisipasi pada enam misi PBB di Sahara Barat, Mali, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Sudan dan Sudan Selatan. Di tataran bilateral, Indonesia juga sedang menjajaki kerja sama peningkatan kapasitas antar Pusat Pelatihan Pemeliharaan Perdamaian serta MoU Penanggulangan Terorisme dengan beberapa negara Afrika.
 
Bagaimana respons negara-negara Afrika mengenai Indonesia Africa Forum?
Respon dari negara-negara Afrika sangat positif. Peningkatan peran Indonesia melalui IAF disambut baik negara-negara Afrika sebagai salah satu alternatif mitra pembangunan kawasan tersebut. Saat ini, kami telah menerima beberapa konfirmasi kehadiran pejabat tinggi dari beberapa negara di Afrika, seperti Niger, Libya, Mozambik, Nigeria dan lain-lain untuk hadir pada IAF 2018.
 
Baca: Afrika Ingin Kerja Sama Ekonomi dengan Indonesia Dipererat
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan