Wamenlu Norwegia Laila Bokhari (kiri) dalam dialog bertema terorisme di Erasmuis Huis, Jakarta, 19 Januari 2017. (Foto: MTVN/Willy Haryono)
Wamenlu Norwegia Laila Bokhari (kiri) dalam dialog bertema terorisme di Erasmuis Huis, Jakarta, 19 Januari 2017. (Foto: MTVN/Willy Haryono)

Norwegia Puji Sikap Warga Indonesia dalam Hadapi Terorisme

Willy Haryono • 19 Januari 2017 15:36
medcom.id, Jakarta: Norwegia memandang Indonesia sebagai salah satu negara dunia yang menangani masalah terorisme dengan baik. 
 
Salah satu contohnya dapat dilihat saat terjadinya serangan teroris di Sarinah, Jakarta Pusat, pada 14 Januari tahun lalu. Melalui media sosial, banyak warga Indonesia menentang keras aksi teroris dan menegaskan sikap.
 
"Kami tidak takut. Luar biasa. Pesan (masyarakat Indonesia) di media sosial sangat jelas," kata Wakil Menteri Luar Negeri Norwegia Laila Bokhari dalam acara bertema terorisme dan deradikalisasi di Erasmuis Huis Pusat Kebudayaan Belanda di Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (19/1/2017).

Pernyataan Laila merujuk pada tagar #kamitidaktakut yang menjadi viral di medsos pada saat kejadian.
 
Laila mengaku kagum dengan respons masyarakat, terutama dari kalangan pemuda, di medsos. Respons keluar begitu cepat, bahkan saat aksi penembakan dan pengeboman masih terjadi. 
 
Serangan di Sarinah menewaskan delapan orang, yakni empat warga sipil dan sisanya pelaku. Kepolisian menyebut serangan terkoordinasi ini dilakukan atas arahan dari Bahrun Naim, seorang WNI yang menjadi militan Islamic State (ISIS) di Raqqa, Suriah. 
 
Norwegia Puji Sikap Warga Indonesia dalam Hadapi Terorisme
Polisi merespons serangan teroris di Sarinah, Jakarta, Januari 2016. (Foto: AFP)
 
Menurut Laila, komunitas global harus memahami mengapa ada begitu banyak orang yang terpengaruh dengan ideologi serta propaganda terorisme. Mereka yang terpengaruh memilih pergi pergi dari negara masing-masing untuk 'berjuang' di Irak atau Suriah. 
 
Berdasarkan data dari beragam sumber, Laila menyebut terdapat ratusan hingga ribuan militan asing dari lebih dari 100 negara yang ikut berperang ke Irak dan Suriah. 
 
Fokus negara-negara dunia, tambah Laila, juga harus diarahkan kepada para militan asing yang telah berperang dan pulang ke negara masing-masing. Laila menilai mereka semua harus dirangkul dan menjalani proses deradikalisasi. 
 
"Hal ini juga terjadi di Norwegia. Kita harus fokus kepada mereka yang baru pulang (dari berperang bersama kelompok militan) dan juga perlu memahami alasan utama mereka terpengaruh," ungkap Laila.
 
Ia menambahkan perlunya membangun semacam pusat penahanan bagi para pelaku teror. Namun dengan catatan, ungkap Laila, jangan sampai tempat semacam itu menjadi semacam pabrik penghasil teroris. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan