medcom.id, Hong Kong: Fakta mengerikan kembali terungkap dalam kasus pembunuhan dua warga negara Indonesia (WNI) di Hong Kong. Rurik Jutting yang menggorok salah satu korban, membuat luka yang sangat dalam.
Jutting menjadi tersangka dalam pembunuhan Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih. Dalam pengadilan hari ketiga di Hong Kong, ahli forensik memberikan kesaksian mengenai luka yang dialami oleh para korban.
Salah satu yang dipaparkan adalah luka mendalam di bagian leher dari Sumarti Ningsih. Menurut forensik yang memeriksa, luka sayatan yang dilakukan oleh Jutting sangat dalam hingga memotong tulang belakang.
Mereka yang berada di persidangan juga mendapatkan penjelasan bahwa hanya kulit sepanjang 6 centimeter yang tersisa dan menyebabkan leher perempuan berusia 23 tahun tersambung dengan bagian tubuhnya.
Selain itu, forensik menyebutkan bahwa ada celah akibat potongan yang mencapai 24 centimeter. Sementara otot, laring dan bagian dari tulang belakang terpotong.
"Kulitnya hampir saja terpotong, hingga kepala korban tidak termutilasi," ujar ahli patologi forensik, Dr Poon Wai-ming, seperti dikutip South China Morning Post, Rabu (26/10/2016).
Sementara korban kedua, Seneng Mujiasih menderita banyak luka sayatan di antara leher dan bahu. Selain itu tampak pula memar dan abrasi di bagian kiri tubuhnya.
"Kedua perempuan ini meninggal karena luka di bagian leher," imbuh Poon.
Sementara Jutting tidak mengaku bersalah atas tindakan pembunuhan yang dilakukannya. Poon pun menjelaskan kembali apa yang dilakukan pria berusia 31 tahun itu, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukannya kepada korban.
(Baca: Bunuh WNI di Hong Kong, Pelaku Tak Pernah Merasa Bersalah).
(Baca: Bunuh WNI di Hong Kong, Pelaku Tak Pernah Merasa Bersalah).
"Pelaku menggunakan seluruh tenaganya untuk menggorok tenggorokan Seneng. Korban sepertinya melawan dengan sangat aktif," imbuh Poon.
Ahli forensik itu menambahkan bahwa, ada luka pada bagian jari Seneng yang mengartikan bahwa perempuan berusia 26 tahun itu. Sementara memar di bagian bahu menunjukkan dia digenggam secara keras dan dipaksa dijatuhkan ke lantai.
Dokter Poon juga menyebutkan bahwa ada kemungkinan bahwa Seneng dicekik sebelum kematiannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News