Namun, tawaran bantuan ini langsung dikecam oleh Tiongkok. Negeri Tirai Bambu tersebut menyebut Taiwan terlalu ikut campur dalam urusan internal Hong Kong.
"Jika Taiwan menampung para pedemo Hong Kong, berarti Tsai Ing-wen menjadikan Taiwan surga bagi para penjahat dan membahayakan kesejahteraan Taiwan," kata Juru Bicara Kantor Urusan Taiwan di Beijing, Ma Xiaoguang, dikutip dari South China Morning Post, Selasa 20 Agustus 2019.
Menurut Ma, Taipei mengabaikan fakta di balik demo yang terjadi di Hong Kong. Taipei juga melindungi sejumlah sosok yang membuat kondisi Hong Kong semakin ricuh setiap harinya.
Baca: Sempat Tenang, Hong Kong Bersiap untuk Protes Lanjutan
"Taiwan juga membakar semangat para pedemo untuk semakin menghancurkan Hong Kong," lanjut Ma.
Sempat mereda, Hong Kong siap melakukan aksi besar kembali setelah unjuk rasa damai berlangsung pada Minggu, 18 Agustus 2019. Aksi tersebut menjadi penanda perubahan atas beberapa demonstrasi sebelumnya yang berakhir rusuh.
Pada unjuk rasa akhir pekan kemarin, diperkirakan 1,7 juta orang memenuhi wilayah Victoria Park. Banyaknya para pedemo menunjukkan masih kuatnya dukungan terhadap aksi protes pro-demokrasi.
Demonstrasi ini telah berlangsung selama 11 minggu guna menentang rancangan undang-undang (RUU) yang menyatakan akan pelaku kejahatan Hong Kong diekstradisi ke Tiongkok untuk diadili di pengadilan. Sejak itu, mereka menyeru warga untuk meminta demokrasi.
Hong Kong dikembalikan dari Inggris ke Pemerintah Tiongkok di 1997 di bawah kesepakatan ‘Satu negara, dua sistem’. Sistem itu menjanjikan kebebasan mutlak yang tidak diterima oleh penduduk Tiongkok daratan. Namun, sejumlah masyarakat di sana berpendapat bahwa Beijing yang memupuskan kebebasan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News