Peneliti Lembaga Ilmu Pendidikan Indonesia (LIPI) Adriana Elisabeth mengatakan, kemenangan Mahathir sebenarnya bisa menjadi momentum kebangkitan kawasan ASEAN. Namun, dengan usia yang tak lagi muda, Mahathir diragukan bisa menjadi pemimpin karismatik di kawasan.
"Mahathir tidak mungkin mampu mengendalikan ASEAN. Apalagi situasi dalam negerinya seperti ini, membereskan korupsi yang sangat luar biasa. Saya pikir pekerjaan Malaysia sangat berat," kata dia dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 12 Mei 2018.
Baca: Dikabarkan 'Kabur' ke RI, Najib Tegaskan Ingin Istirahat Sebentar
Dulu, kata dia, Mahathir memiliki kedekatan dengan Mantan Presiden Indonesia Soeharto dan Mantan PM Singapura Lee Kuan Yew yang dianggap sebagai sosok penting di ASEAN. Sekarang situasi yang berbeda dihadapi negara-negara ASEAN, sehingga tidak ada pemimpin regional yang unggul.
"Dengan kepentingan negara ASEAN dan kondisi dalam negeri yang cukup bergejolak, memang harus dilihat lagi komitmen ASEAN seperti apa ke depan. Tapi sekali lagi harus ada pemimpin-pemimpin baru di ASEAN, mungkin Mahathir bisa jadi penasehat," kata dia.
%20Adriana%20Elisabeth%20dua%20dari%20kiri%20eko1.jpg)
Peneliti Lembaga Ilmu Pendidikan Indonesia (LIPI) Adriana Elisabeth (kedua dari kiri)--Medcom.id/Eko Nordiansyah.
Masalah yang dihadapi negara anggota ASEAN jauh lebih kompleks dibandingkan kawasan. Untuk itu dibutuhkan figur baru yang lebih fresh, namun bisa dijadikan sebagai panutan agar kepentingan kawasan juga terjamin.
"Jadi di dalam ASEAN, saya pikir dinamika yang terjadi di Malaysia ini perlu diperhatikan. Karena bagaimana pun malaysia adalah salah satu negara pendiri ASEAN. Walaupun hari ini saya lihat ASEAN seperti tidak tahu mau berjalan ke mana," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News