Baca juga: Peniru Kim Jong-un Dideportasi dari Vietnam.
Doppelganger (atau peniru), yang hanya dikenal sebagai Howard X, yakin para pejabat Korut membawanya keluar dari negara itu pada Senin pagi setelah melihat kejenakaannya. Howard mengatakan kepada Mirror Online bahwa ia memiliki catatan panjang tentang pemerintahan Kim yang ‘menjengkelkan’.
"Saya telah mendengar, secara tidak resmi, bahwa ini datangnya dari pejabat tinggi (dan pejabat) Kedutaan Korut yang meminta Vietnam mengusir saya dan melakukan sesuatu terhadap saya," katanya, seperti dikutip dari laman Mirror, Rabu, 27 Februari 2019.
Dia menjelaskan bahwa para pejabat Korut menggelandangnya ketika dia mengejek pasukan pemandu sorak Korut di Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, tahun lalu.
Dia tambahkan: "Saya juga membuat video musik viral yang mengejek Kim Jong-un bercinta dengan bom serta memprotes kedutaan, dan mereka benar-benar membencinya." Peniru profesional itu juga berkata para pejabat Vietnam "meminta maaf karena mengusirnya keluar dari negara mereka."
"Mereka terus meminta maaf, mengatakan bahwa 'tolong kembali ke Vietnam, kami akan senang dengan Anda, kembalilah setelah pertemuan puncak'," kata Howard.
"Setelah interogasi, semua petugas imigrasi berfoto selfie dan kami berfoto bersama, itu benar-benar lucu," bubuhnya.
Howard memperoleh visa pada saat kedatangan dalam surat dengan sponsor yang dikeluarkan oleh agen perjalanan di bandara. Dia bertemu seseorang mirip Donald Trump, Russell White, dan kemudian membuat penampilan publik pertama mereka di jalan-jalan Hanoi pada 21 Februari.
Baca juga: Warga Vietnam Ingin Saksikan Perdamaian Dunia.
"Kami pergi ke beberapa lokasi wisata, seperti mausoleum Ho Chi Minh, gedung opera, danau Hoan Kim dan itulah inti dari perjalanan ini," katanya kepada Mirror Online.
Kedua peniru itu kemudian pura-pura mengadakan pertemuan di Sofitel Legend Metropole Hotel, di mana para pemimpin yang asli akan mengadakan pertemuan puncak, tetapi segera dibawa pergi oleh petugas imigrasi untuk diinterogasi.
Howard diminta menunjukkan paspor dan dokumen visanya selama interogasi. Dia diberitahu bahwa visa itu tidak valid dan dia harus meninggalkan negara itu.
Howard diberi waktu dua hari untuk berkemas sebelum terbang ke luar negeri pada Senin, 25 Februari. Dia katakan tiket itu sepenuhnya dibayar oleh Pemerintah Vietnam dan dia ditemani polisi berpakaian preman ke mana pun dia pergi.
Howard juga mengatakan bagaimana ia merasa terhormat pemerintah menganggap diri mereka sebagai peniru cukup penting buat menghabiskan sumber daya "mengawasi mereka". Howard naik pesawat dari Hanoi dan tiba di Singapura pukul 15:00 Senin.
"Hal ini (deportasi) sangat bodoh karena membuat negara itu terlihat sangat buruk, buruk bagi publisitas dan pemerintah," kata Howard ketika ia menginap di malam pertamanya di Singapura.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News