Personel kepolisian New South Wales, Australia, berpatroli di kota Sydney, 18 Desember 2017 (Foto: AFP/WILLIAM WEST)
Personel kepolisian New South Wales, Australia, berpatroli di kota Sydney, 18 Desember 2017 (Foto: AFP/WILLIAM WEST)

Penembakan Selandia Baru

Dua Rumah Terkait Penembakan Selandia Baru Digeledah

Willy Haryono • 18 Maret 2019 06:42
New South Wales: Unit anti-terorisme Kepolisian Australia, Senin 18 Maret 2019, menggeledah dua rumah terkait pelaku dari peristiwa penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 50 orang pekan kemarin.
 
Kedua rumah berada di kota Sandy Beach dan Lawrence, New South Wales. Dua rumah itu berada dekat dengan Grafton, kota yang pernah ditinggali Brenton Tarrant -- pelaku aksi teror di Christchurch.
 
"Tujuan dari penggeledahan ini adalah untuk mendapatkan material yang mungkin bisa membantu kepolisian Selandia Baru dalam menjalankan investigasi mereka," ucap pernyataan resmi Kepolisian Australia, seperti disitat dari laman AFP.

Disebutkan bahwa keluarga Tarrant di Australia "terus membantu polisi dalam menjalankan penyelidikan." Kepolisian Australia menyebut sejauh ini tidak ada informasi terkait Tarrant yang mengindikasikan adanya "ancaman" lebih lanjut terhadap masyarakat.
 
Tarrant, pria 28 tahun yang menjunjung tinggi supremasi kulit putih, menghabiskan masa mudanya di Grafton. Dia bepergian ke banyak negara dalam satu dekade terakhir. Sejak beberapa tahun ke belakang, Tarrant tinggal di Dunedin, Selandia Baru.
 
Dia telah didakwa pasal pembunuhan di pengadilan distrik Christchurch pada Sabtu 16 Maret. Tarrant tidak menunjukkan rasa penyesalan saat muncul di ruang persidangan.
 
Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton mengatakan Tarrant hanya menghabiskan waktu 45 hari di Negeri Kanguru dalam tiga tahun terakhir. Nama Tarrant juga tidak ada dalam daftar pengawasan terorisme atau ekstremisme.
 
Dutton menepis kritik dari sejumlah pihak bahwa otoritas Australia seolah membiarkan adanya ancaman dari sosok seperti Tarrant. Sejumlah kritikus menilai Australia lebih disibukkan memerangi grup teror seperti Islamic State (ISIS), namun tidak mewaspadai ekstremis sayap kanan.
 
Menurut Dutton, Organisasi Intelijen dan Keamanan Australia (ASIO), juga terus mengawasi secara seksama aktivitas dari sejumlah grup ekstremis sayap kanan.
 
"Grup-grup ekstremis ini seperti neo-Nazi, supremasi kulit putih atau istilah apapun itu, mereka semua masuk dalam pantauan radar kami," tegas Dutton.
 
Hari ini ASIO berencana bertemu Perdana Menteri Scott Morrison untuk membicarakan penembakan di Selandia Baru dan juga ancaman ekstremis sayap kanan di Australia.
 
Baca: Teroris di Selandia Baru Beraksi Seorang Diri
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan