Selain itu, ia juga membeberkan fakta baru bahwa sang pelaku sempat menyamar menjadi jurnalis dan meledakkan dirinya.
"Pelaku menyamar menjadi jurnalis dan meledakkan dirinya di kerumunan jurnalis yang sedang meliput. Ini adalah ledakan yang kedua," kata Majroh, dikutip dari Guardian, Senin 30 April 2018.
Serangan terjadi sebelum pukul 08.00 pagi waktu setempat, di dekat markas badan intelijen Afghanistan.
Kelompok militan Islamic State (ISIS) telah mengklaim bertanggung jawab atas ledakan ganda tersebut.
Baca juga: 10 Jurnalis jadi Korban Tewas Bom Ganda Kabul
Dalam pernyataan via situs propaganda Amaq, ISIS mengatakan militan pertamanya beraksi di markas badan intelijen Afghanistan. Sementara serangan kedua ditujukan kepada awak media yang bergegas ke lokasi ledakan pertama.
10 jurnalis tersebut adalah Shah Marai (AFP), Ahmad Shah (BBC Afghan service), Yar Mohammad Tokhi (Tolo News), Maharram Durrani (RFE/RL), Abadullah Hananzai (RFE/RL), Sabawoon Kakar (RFE/RL), Ghazi Rasuli (1TV), Nawruz Ali Rajabi (1TV), Salim Talash dan Ali Salimi (Mashal TV).
Baca juga: ISIS Klaim Ledakan Ganda di Kabul
Marai merupakan salah satu fotografer andalan dari kantor berita AFP. Ia mulai bergabung dengan AFP pada 1996, di mana ia sempat meliput saat Taliban merebut kekuasaan serta invasi Amerika Serikat pada tahun 2001.
Pada 2002, ia menjadi fotografer tetap dan naik jabatan menjadi kepala fotografer di biro Kabul. Marai meninggalkan satu istri dan enam anak, termasuk seorang bayi perempuan yang baru lahir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News