medcom.id, Jakarta: Mengedepankan dialog dan sangat tidak mengutamakan kekuatan militer dalam konflik Qatar, Arab Saudi dan sekutu Arab Saudi lainnya. Hal ini dikemukakan Utusan Khusus Uni Emirat Arab, Ma'ali Abdurrahman Muhammad al-'Uwais dalam kunjungannya ke Indonesia yang diterima Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
"Beliau sebagai Utusan Khusus Uni Emirat Arab, menyampaikan pesan untuk Indonesia di mana mereka menilai politik luar negeri Indonesia itu seimbang dan selalu ingin memberikan kontribusi dalam perdamaian dunia," kata Menlu Retno usai pertemuan, di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Kamis 15 Juni 2017.
"Di antara beberapa pesan yang disampaikan utama adalah dia setuju bahwa dialog dan penyelesaian secara politik ini adalah opsi tunggal yang paling memungkinkan yang bisa dicapai," tutur dia lagi.
Menurut penuturan Menlu Retno, Indonesia dipilih oleh Uni Emirat Arab sebagai tempat untuk menyampaikan pesan, karena selama ini Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan semua negara.
"Jadi kita mengedepankan masalah dialog politik. Dalam pertemuan tadi saya juga sampaikan poisisi Indonesia dalam masalah ini," ungkap Menlu Retno.
"Bagaimana Indonesia melihat masalah ini bahwa salah satu posisi dasar Indonesia adalah mengedepankan dialog mencegah adanya peningkatan tensi dan Indonesia siap membantu," lanjutnya lagi.
Sejak 5 Juni, atau sejak pemutusan hubungan diplomatik Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Libya, Mesir, Bahrain, Maladewa dan sederet negara lainnya dengan Qatar, Menlu Retno sudah berkomunikasi dengan negara-negara terkait dan juga para menlunya.
Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan menjatuhkan sanksi atas negara Arab tersebut dengan alasan Doha mendukung terorisme, sementara Libya, Yaman dan Maladewa mengikuti langkah Arab Saudi. Qatar telah membantah tuduhan itu sebagai "tidak benar" dan "tanpa dasar".
Pemutusan hubungan diplomatik tersebut juga merambat ke wilayah udara di mana pesawat Qatar Airways dilarang masuk ke Arab Saudi. Untuk pesawat lainnya yang dari Qatar, harus melapor dulu ke Arab Saudi, jika ingin melewati wilayah udara Arab Saudi.
Buka peluang atas konflik Qatar
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa Indonesia membuka peluang Indonesia membantu penyelesaian konflik Arab Saudi dan Qatar.
Jokowi mengaku sudah menelepon Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad bin Khalifa al-Tsani, dan Perdana Menteri Uni Emirat Arab Mohammed bin Rashid Al Maktoum. Banyak hal yang dibacarakan dengan para pimpinan negara tersebut.
Tetapi untuk sementara ini Presiden ingin mendapat masukan-masukan terlebih dahulu. Sebetulnya persoalan dasarnya apa? Sehingga nanti Indonesia bisa berperan di sebelah mana.
Bantuan, menurut Presiden Jokowi, baru bisa dilakukan setelah menyimpulkan hasil komunikasi dengan pimpinan negara-negara tersebut.
Sanksi ilegal
Qatar sendiri menilai serangkaian sanksi dari Arab Saudi dan sekutunya ke Doha sebagai sesuatu yang "tidak adil" dan "ilegal."
Menteri Luar Negeri Qatar Syekh Mohammad bin Abdulrahman Al-Thani menegaskan bahwa siapapun tidak bisa berhak mendiskusikan kebijakan luar negeri dari Qatar.
Ia menyerukan adanya "dialog berdasarkan landasan jelas" atas tuduhan bahwa Qatar mendukung grup-grup ekstremis.
Doha membantah keras seluruh tuduhan dari Arab Saudi dan sejumlah sekutunya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News