medcom.id, Singapura: Pemerintah Singapura mengatakan saat ini pengamanan telah ditingkatkan dan cukup ketat di pusat kota dan juga daerah perbatasan. Mereka juga berterima kasih kepada aparat Indonesia yang menggagalkan plot penyerangan.
Hal ini dilakukan menyusul penangkapan enam orang terduga militan oleh otoritas Indonesia, yang dicurigai akan meluncurkan roket di lokasi wisata terpopuler di Singapura, Marina Bay.
"Kami telah berkoordinasi erat dengan Pemerintah Indonesia sejak penangkapan enam orang tersebut," ujar pernyataan Kementerian Dalam Negeri Singapura, seperti dikutip Asian Correspondent, Sabtu (6/8/2016).
"Kami pun berterima kasih atas kerja sama yang baik oleh Pemerintah Indonesia dan tindakan cepat mereka dalam penangkapan," imbuh pernyataan itu.
"Kami juga menyarankan agar warga Singapura tetap waspada untuk beberapa hari ke depannya," lanjut pernyataan ini.
Marina Bay merupakan salah satu tempat ramai di Singapura. Di sana terdapat Marina Bay Sands Hotel yang merupakan bangunan ikonik Singapura yang menyerupai pesawat terbang. Kawasan ini menjadi tujuan wisatawan mancanegara dari seluruh dunia.
(Baca: Katibah Gonggong Rebus Berencana Serang Singapura https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/4KZXvaEb-katibah-gonggong-rebus-berencana-serang-singapura).
Sementara, kelompok militan tersebut diketahui berasal dari kelompok Katibah Gigih Rahmat. Pemimpin kelompok tersebut yang berusia 31 tahun pun termasuk dalam enam orang yang ditangkap otoritas Indonesia.
"Kami tetap menyoroti ancaman terorisme yang mulai memasuki wilayah Singapura," pungkas pejabat tersebut.
Penangkapan dilakukan oleh unit kontra terorisme Indonesia pada Jumat pagi, sekitar 25 kilometer dari tenggara Singapura. (Baca: Singapura Pantau Kasus Percobaan Penembakan Roket https://www.medcom.id/internasional/asia/zNPoayXK-singapura-pantau-kasus-percobaan-penembakan-roket).
Sementara, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli menerangkan para pria yang kini sudah berstatus tersangka sedang diperiksa. Belum jelas pasti kemampuan para tersangka tersebut dalam dugaan penembakan roket ini.
Selama penyelidikan, Polisi menduga kasus ini berhubungan dengan Bahrun Naim, salah satu otak teroris serangan di kawasan Thamrin, Jakarta. "Yang kami pahami sekarang, mereka berencana menyerang objek vital dan area ramai termasuk kantor polisi," kata Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigjen Pol Agus Rianto.
Sementara itu, pada Kamis 4 Agustus lalu, Mahkamah Agung Indonesia telah menolak banding seorang ulama terkait dengan kegiatan radikalisme yang dihukum karena mendanai kamp pelatihan teror, Abu Bakar Baasyir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News