medcom.id, Manila: Pengawal dari Presiden Filipina Rodrigo Duterte terkena tembakan oleh serangan terduga pemberontak komunis, pada Rabu 19 Juli 2017.
Dilaporkan, pengawal Duterte yang menderita luka itu berjumlah empat orang. Duterte tidak berada dalam konvoi yang ditumpangi pengawalnya tersebut.
Pejabat militer Filipina menuduh pihak pemberontak New People's Army (NPA), berada di balik penyerangan tersebut. Kelompok ini merupakan sayap militer dari Partai Komunis Filipina.
"Ini adalah bagian dari upaya mereka (NPA) untuk melakukan penyerangan untuk melawan hukum yang berlaku saat ini," ujar pejabat militer senior Provinsi Mindanao, Brigadir Jenderal Gilberto Gapay kepada radio DZBB, seperti dikutip AFP, Rabu 19 Juli 2017.
Penyerangan terjadi satu hari setelah Duterte meminta Kongres memberikan otorisasi memperpanjang status darurat militer di Mindanao diperpanjang hingga Desember.
Sebelumnya, status darurat militer di Minadanao sudah berlaku selama 60 hari terakhir. Status ini diterapkan saat militan yang terafiliasi dengan ISIS menyerang dan menguasai Marawi sejak 23 Mei.
Partai Komunis Filipina selama ini melontarkan upaya separatis terlama terhadap pemerintah. Pada Selasa 18 Juli, partai tersebut meminta sayap militer itu untuk melancarkan serangan ofensif terhadap rencana Duterte memperpanjang status darurat.
Sementara pengawal Duterte yang terluka ini dalam perjalanan menuju wilayah lain di Mindanao, untuk mendapatkan perawatan. Meski diserang, prajurit Filipina mampu memberikan perlawanan balasan.
Perlawanan pihak komunis terhadap pemerintah sudah dimulai sejak 1968. Hingga saat ini korban jiwa yang jatuh dalam perlawanan mencapai hingga 30 ribu jiwa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News