"Mereka harus bertanggung jawab karena Rohingya enggan kembali ke Rakhine. Myanmar telah gagal meyakinkan Rohingya," kata Momen, dikutip dari Dhaka Tribune, Selasa 27 Agustus 2019.
Momen menambahkan, Bangladesh telah menekan Myanmar usai sekitar 300 keluarga Rohingya menolak repatriasi, yang sedianya dilaksanakan pekan kemarin. Bahkan, bus untuk mengangkut mereka ke Rakhine telah disiapkan.
"Myanmar harus secara serius mempertimbangkan keterlibatan masyarakat dalam menciptakan lingkungan kondusif bagi Rohingya di Rakhine," lanjut dia.
Baca: Rohingya Tolak Repatriasi ke Rakhine
Ia juga menampik tudingan bahwa Bangladesh enggan bekerja sama dalam upaya repatriasi ini.
"Itu sangat tidak berdasar. Pemerintah Bangladesh mempertahankan prinsip bahwa kami tidak mencegah siapa pun, terlepas dari identitas etnis dan agama untuk berniat kembali ke Rakhine, kapan saja," tegas Momen.
Awalnya, pengungsi Rohingya sepakat untuk dipulangkan. Sejak rencana ini diumumkan, staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para pejabat Bangladesh telah mewawancarai pengungsi yang lolos untuk pulang berdasarkan kemauan mereka sendiri.
Namun, ketika repatriasi akan dilaksanakan, tak satu pun Rohingya yang ingin kembali ke Rakhine dengan alasan takut dengan perlakuan pemerintah Myanmar.
Baca: Repatriasi ke Myanmar, Pengungsi Rohingya Khawatir Keselamatan
Selama ini, Myanmar menolak memberikan status kewarganegaraan kepada Rohingya, dan menyebut mereka semua sebagai Bengali -- istilah bagi imigran gelap asal Bangladesh.
Ini merupakan percobaan kali kedua Myanmar dalam kurun waktu kurang dari dua tahun untuk membujuk Rohingya agar mau direpatriasi ke Rakhine.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News