Moskow menilai, untuk mencapai solusi tersebut dibutuhkan partisipasi aktif dari Palestina.
"Dirasa penting untuk melihat ada kesatuan di tengah masyarakat Palestina. Saat ini tidak ada kesatuan di Palestina," tutur Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin di kediamannya di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (31/1/2017).
"Palestina harus bersatu, menyelesaikan perbedaan yang ada di antara mereka terlebih dahulu, untuk kemudian mengejar solusi damai," sambung dia, sembari berharap suatu saat nanti warga Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dalam perdamaian.
Terkait proyek permukiman Israel di Yerusalem, Rusia menganggapnya sebagai suatu penghalang solusi damai. "Kami mengkritik proyek permukiman di Israel yang dapat mengancam two-state solution," ujar Dubes Galuzin.
Baca: Menentang PBB, Israel akan Bangun Lebih Banyak Permukiman
Selain proyek permukiman, Rusia juga menilai penghambat potensial lainnya adalah wacana pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel mendorong Presiden AS Donald Trump untuk mempercepat proses pemindahan kedubes. Ia juga mendorong kedubes negara-negara lain untuk melakukan hal serupa.
Maret 2016, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan two-state solution adalah satu-satunya jalan keluar untuk proses perdamaian Palestina dan Israel.
Sejak 2014, proses perdamaian Palestina dan Israel mandek, seakan tak ada upaya untuk mendamaikan kedua negara. "Kita sadar akan kemandekan proses itu dan kita lihat situasi di lapangan semakin memburuk," tutur Menlu Retno.
Two-State Solution adalah usulan solusi untuk membagi wilayah Yerusalem menjadi dua, untuk Israel dan Palestina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News