'Pembantaian Tiananmen' dimulai dengan unjuk rasa mahasiswa dan kelas pekerja selama tujuh pekan. Mereka berdemo untuk meminta perubahan dalam bidang demokrasi dan menyerukan pemberantasan korupsi.
Tiongkok merespons unjuk rasa itu dengan aksi kekerasan. Para prajurit dan juga tank baja menembaki satu per satu demonstran di berbagai ruas jalan menuju Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989.
Jumlah pasti kematian dalam tragedi tersebut belum diketahui hingga saat ini.
"Insiden tersebut merupakan turbulensi politik, dan pemerintah pusat mengambil langkah untuk menghentikannya, yang tentu saja sebuah kebijakan tepat," ujar Menteri Pertahanan Tiongkok Jenderal Wei Fenghe dalam forum keamanan regional Shangri-La Dialogue di Singapura, Minggu 2 Juni 2019.
Wei mempertanyakan mengapa banyak orang masih menganggap Tiongkok "tidak menangani insiden tersebut dengan baik dan benar."
"Kondisi sejak 30 tahun terakhir ini telah membuktikan bahwa Tiongkok mengalami berbagai perubahan besar," sebut Wei, yang menyebut tindakan pemerintah pada insiden Tiananmen telah membuahkan stabilitas.
Sementara itu menjelang peringatan tragedi Tiananmen, pemerintah Tiongkok memberlakukan sensor luas di hampir seluruh media sosial, Segala tulisan, foto, diskusi, artikel dan konten lainnya terkait tragedi Tiananmen dihapus.
Mendiskusikan tragedi Tiananmen merupakan hal tabu di Tiongkok, dan pemerintah telah menangkap atau mengingatkan sejumlah aktivis, pengacara, hingga jurnalis untuk tidak melakukan hal tersebut.
Baca: Sebelas Aktivis Ditahan dalam Peringatan Pemberontakan Tiananmen
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News