Lebih dari 28.000 tentara AS disiagakan di Korsel untuk mengantisipasi ancaman Korut. Pangkalan itu merupakan bagian dari aliansi keamanan Seoul-Washington yang terbentuk sejak berakhirnya Perang Korea. Perang tersebut hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Menjelang KTT Hanoi, spekulasi berkembang bahwa AS dan Korut mungkin akan menyetujui semacam perjanjian terkait denuklirisasi. Penarikan pasukan AS dari Korsel dikhawatirkan termasuk dari perjanjian tersebut, yang mungkin akan diminta Korut sebagai syarat denuklirisasi.
Bagi warga Korsel yang mencari nafkah di sekitar markas AS - seperti Kim Chang-bae -- penarikan pasukan Washington adalah prospek mengkhawatirkan.
"Tanpa kehadiran tentara AS, banyak bisnis, termasuk tambang, akan kehilangan sumber penghasilan utama mereka," kata Kim, seperti dinukil dari laman Channel News Asia, Minggu 24 Februari 2019. Ia menjual baut dan obeng kepada orang AS yang ditempatkan di Camp Humphreys, yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Seoul.
"(Penarikan pasukan) ini merupakan skenario mimpi buruk," keluhnya.
Camp Humphreys di kota Pyeongtaek menjadi pangkalan militer luar negeri terbesar AS. Luasnya membentang sepanjang 14,7 kilometer persegi, dan menampung sekitar 32.000 orang yang terdiri dari para personel militer beserta keluarga mereka.
.jpg)
Sebuah tempat makan di Camp Humphreys. (Foto: AFP/Jung Yeon-je)
Kamp itu merupakan hunian bagi hampir semua personel militer AS di Korsel. Di dalamnya meliputi armada helikopter Blackhawk dan Apache, arena bowling, lapangan golf, beberapa sekolah, gereja, dan bioskop.
Ratusan restoran dan toko mulai, dari salon kuku hingga tato, telah berdiri di sekitar pangkalan. Kompleks itu sedang menjalani proyek perluasan, yang akan membuat kapasitas huni meningkat menjadi 43 ribu orang pada 2022.
"Saya khawatir mereka bisa meninggalkan negara ini," kata Choi Eun-hee. Ia telah membuka restoran Turki dekat Camp Humphreys sejak satu dekade terakhir. "Sekitar 80 persen pelanggan kami adalah tentara AS," pungkasnya.
Choi, 43, menghadiri rapat umum bulan lalu, di mana puluhan warga menuntut pasukan AS tetap berada di sana.
Ketika wartawan media AFP berkunjung, spanduk bertuliskan "Anti-Amerika, Keluar" dan "Kita Berjuang Bersama" tergantung di antara bendera AS dan Korsel.
.jpg)
Spanduk di sekitar Camp Humphreys. (Foto: AFP/Jung Yeon-je)
Pemilik toko bernama Kim, 57, sekaligus kepala asosiasi pedagang lokal yang mewakili 230 pemilik bisnis, mengatakan bahwa prajurit AS telah menjadi "ciri khas karakter kota ini."
Sejumlah analis menilai jika Perang Korea secara resmi dinyatakan berakhir pada KTT Hanoi -- kali kedua antara Trump dan Kim setelah pertemuan perdana di Singapura tahun lalu -- dan perjanjian damai ditandatangani setelahnya, maka Pyongyang bisa saja mengajukan keberatan atas kehadiran pasukan AS di Korsel.
Presiden Korsel Moon Jae-in menepis kekhawatiran tersebut. Januari lalu, Moon berkata bahwa Kim telah berjanji bahwa isu Perang Korea tidak ada hubungannya dengan pasukan AS di Korsel.
Baca: Kim Jong-un Gunakan Kereta Api Menuju Vietnam
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News