Bersama istrinya Brigitte, Macron mengunjungi deretan patung prajurit terracotta, pagoda besar Big Wild Goose Pagoda, dan juga Masjid Agung Xian.
Patung tanah liat terracotta di kota Xian berjumlah 8.000, dan dibuat tahun 250 sebelum masehi dalam kompleks kuburan kaisar Qin Shihuang. Ribuan patung ini merupakan simbol artisitik militer masa lalu di Negeri Tirai Bambu.

Macron dan Brigitte di situs patung terracotta. (Foto: AFP)
Macron memulai kunjungan tiga hari di Xian sebagai gestur terhadap proyek Jalur Sutera Baru yang digagas Xi. Proyek ini merupakan ambisi Xi dalam menghubungkan Asia dan Eropa melalui jalur darat, kereta api dan laut.
Program infrastruktur senilai USD1 triliun atau setara Rp13,4 kuadriliun itu disebut sebagai upaya menghidupkan kembali Jalur Sutera yang dulu digunakan untuk perdagangan kain, rempah-rempah dan barang-barang lainnya.
Dikenal di Tiongkok sebagai "One Belt One Road," rencana dari proyek ini adalah menghadirkan jaringan jalan raya dan perlintasan kereta api di kawasan Asia Tengah hingga ke Eropa, serta rute maritim yang memanjang melalui Samudera Hindia dan Laut Merah.
Baca: Tiongkok Sebut Jalur Sutra Modern Terbuka untuk Semua Orang
Proyek ini memicu ketertarikan dan juga kekhawatiran, dengan beberapa negara di Eropa menilainya sebagai bentuk perluasan pengaruh Tiongkok.
Meski Prancis berhati-hati menyikapinya, Macron mendukung inisiatif Xi dalam sebuah wawancara dengan China.org.cn yang dirilis Senin 8 Januari 2018.
"Ini merepresentasikan kesempatan nyata untuk menciptakan jembatan, melalui pertukaran antar negara dan peradaban, sama seperti Jalur Sutera di masa lalu," kata Macron, seperti dikutip AFP.
"Saya rasa merupakan hal penting bahwa Eropa dan Tiongkok memperkuat kolaborasi dalam inisiatif ini. Prancis siap memainkan peran dalam hal ini," lanjut dia.
Namun Macron mengingatkan proyek ini harus dijalankan "dalam kerangka kemitraan setara."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News