medcom.idm, Jakarta: Kondisi Myanmar khususnya di negara bagian Rakhine, mulai berangsung pulih. Duta Besar Myanmar untuk Indonesia Aung Htoo pun menjelaskan kondisi yang ada saat ini.
"Sejauh ini situasi di sana aman dan terkendali, segala sesuatunya baik. Kami juga telah melakukan sensus terhadap warga, ada lebih dari sekitar satu juta orang. Dan sekarang kami sedang menyensus sekitar 400 ribu," ujar Dubes Htoo, di kantor Kementerian Luar Negeri RI, di Jakarta, Selasa (27/12/2016).
"ASEAN juga telah berjanji untuk membantu Rakhine State dalam hal kemanusiaan. Saya pikir Indonesia akan mengirimkan 10 kontainer makanan ke Rakhine untuk warga di sana," lanjutnya.
Mengenai pertemuan para Menlu ASEAN di Myanmar pada 19 Desember, Dubes Htoo menjelaskan bahwa pertemuan itu murni untuk memberi informasi terbaru mengenai situasi di Rakhine.
"Mereka (Menlu negara ASEAN) menyetujui tentang pemnerian bantuan, terutama bantuan kemanusiaan. Selain juga bantuan untuk menyelasaikan masalah. Hingga saat ini yang saya ketahui delapan badan PBB dan beberapa NGO juga memberikan bantuan. Kini semuanya berjalan normal kembali," imbuhnya.
Sementara Duta Besar Indonesia untuk ASEAN Rahmat Pramono mengakui bahwa Myanmar saat ini jauh lebih terbuka. Dengan pertemuan khusus 19 Desember lalu, di mata Rahmat sudah menjadi bukti bahwa Myanmar menarik sikap tertutup mereka.
"Itu menunjukkan non-inteference (prinsip tidak mencampuri urusan dalam negari negara ASEAN) bukan harga mati. Itu yang kita harapkan. kita menekankan kepada mereka, bahwa ini ada masalah, ada issue, ada concern yang harus di address (diselesaikan) oleh pemerintah setempat. tanggungjawab utamanya ada di pemerintah setempat," sebut Dubes Rahmat.
"Tapi sebetulnya kita ASEAN juga siap membantu. Indonesia bersama dengan negara ASEAN lain, selalu menggarisbawahi kita selalu membantu apabila pemerintah Myanmar meminta dan kita harapkan Pemerintah Myanmar terus terbuka seperti ini. Jadi kita jangan tahunya dari orang lain," pungkas Rahmat.
Bagi Rahmat, State Counsellor Myanmar Aung San Suu Kyi diharapkan bisa menyampaikan akan terus memberikan update informasi mengenai kondisi di Rakhine. Khususnya mengenai apa yang dialami oleh warga etnis Rohingya.
Namun diakui oleh Rahmat, Myanmar jauh lebih nyaman dengan peran Indonesia. Terlebih lagi ketika Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengkritik Myanmar mengenai penanganan mengenai Rohingya.
"Selama ini kan memang begitu. Dia lebih nyaman dengan kita (Indonesia). Tapi kita dan negara-negara lain bisa bijak menghadapi itu," tutur Rahmat.
"Kita mengharapkan ASEAN bisa lebih mendekati (isu Rohingya) ini secara holistik bersama-sama. Walaupun kita tahu dia lebih nyaman dengan kita. kita bisa mengerti. Mungkin karena kita pernah mengalami masalah-masalah periode kaya begitu. Dalam masa transisi kita pernah mengalami (insiden) Poso, Aceh. Di mana pihak luar inginnya mengobok-obok itu," ucap Rahmat.
"Jadi kita bisa mengerti dan bisa memahami psikologi dia (Myanmar)," ungkapnya.
Mengenai tim pencari fakta di lapangan, Dubes Rahmat mengatakan bahwa sebenarnya Myanmar lebih memilih dari ASEAN sendiri. Saat ini dikabarkan sudah ada tim ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) yang melakukan peninjauan.
Namun belum diketahui hasil dari laporan tim tersebut. Sementara Myanmar sendiri menegaskan akan tetap memberikan informasi terbaru mengenai perkembangan yang terjadi.
Kunjungan Aung San Suu Kyi ke Indonesia
Aung San Suu Kyi memutuskan untuk menunda kunjungannya ke Indonesia. Dubes Aung Htoo menegaskan kembali bahwa penundaan itu terkait situasi di Myanmar dan kondisi di Indonesia.
Htoo menyebutkan ketika Menlu Retno Marsudi ke Myanmar, pihaknya pun membahas kunjungan Aung San Suu Kyi ke Indonesia. Karena Suu Kyi baru punya waktu luang tanggal 19 Januari, maka dirinya meminta untuk mengatur jadwal usai tanggal tersebut.
"Tergantung dari Indonesia, kalo Indonesia siap menerima kita, kita akan datang. Pemimpin saya sebelumnya belum pernah berkunjung ke Indinesia, makanya kami merencanakan hal itu sebagai kunjungan perkenalan kepada Indonesia," ucap Dubes Htoo.
"Kami ingin berterimakasih kepada Indonesia karena membantu kami dan kami ingin tahu apakah perusahaan Indonesia ingin bekerja sama dengan perusahaan Myanmar terutama BUMN. Ini semua demi hubungan yang baru," tegas Dubes Htoo.
Suu Kyi direncanakan akan mengunjungi Indonesia setelah kunjungan dari Singapura dari 30 November hingga 2 Desember. Tetapi pada akhirnya kunjungan itu Indonesia ditunda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News