Namun, seiring penerimaan Duterte atas pengunduran diri Robredo, muncul laporan terpisah bahwa Robredo tidak secara sukarela mengundurkan diri dari jabatannya, melainkan mundur secara paksa. Penegasan laporan tersebut kabarnya dilontarkan oleh Ketua DPR Pantaleon Alvarez.
Laporan tersebut mengatakan bahwa Robredo diminta untuk meninggalkan posisinya karena Duterte telah kehilangan kepercayaan dalam diri Robredo.
"Kurangnya kepercayaan presiden pada Robredo yang membuat ia harus berhenti dari posisinya dan berhenti menghadiri pertemuan kabinet mulai Senin 5 Desember," sebut laporan tersebut, seperti dilansir Asian Correspondent, Selasa (6/12/2016).
Sabtu lalu, Robredo diberitahu melalui pesan teks bahwa ia harus berhenti menghadiri semua pertemuan kabinet mulai Senin. Lalu, untuk menanggapi perintah tersebut, dirinya mengeluarkan pernyataan atas pengunduran dirinya.
Disebut-sebut, Robredo mengetahui rencana untuk 'mencuri jabatannya'. Namun, ia mengatakan bahwa ia lebih memilih untuk mengabaikan rumor tersebut dan berfokus pada tugas-tugasnya.
Robredo pun mengakui bahwa ada perbedaan dengan Duterte dalam prinsip dan nilai-nilai, namun mereka mengesampingkan hal tersebut dan mereka bersatu untuk melayani warga Filipina.
Robredo berasal dari partai presiden Filipina sebelumnya, Benigno Aquino. Pengunduran diri Robredo muncul di tengah badai politik atas keputusan Duterte mengizinkan penguburan diktator yang sudah lama mati Ferdinand Marcos di Taman Makam Pahlawan (TMP) dan aksi kekerasan berdarah terhadap pemberantasan narkoba yang dikhawatirkan pemerintah Barat dan pemantau hak asasi manusia.
Robredo adalah pejabat kedua yang mundur dari administrasi pemerintah Duterte dalam waktu kurang dari sepekan. Maria Serena Diokno berhenti sebagai kepala Komisi Sejarah Pemerintah, pada Selasa 29 November, untuk memprotes keputusan Duterte menguburkan Marcos di TMP.
Robredo, 52 tahun, tidak memberi rincian tentang dugaan rencana buat menyingkirkannya dari jabatan wakil presiden. Tetapi kemenangan pemilu yang diraihnya telah dipertanyakan oleh rival terdekatnya dalam pemilihan, mantan Senator Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr, putra sang diktator.
Marcos Jr kalah dengan selisih tipis dari Robredo, janda seorang politisi populer yang membangun reputasinya sebagai tokoh yang jujur, walikota murah hati yang memakai sandal jepit saat bekerja dan mengulurkan tangannya bagi rakyat miskin di pedesaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News