Momentum ini pertama kali datang saat mantan perdana menteri Mahathir Mohamad menyatakan siap menggantikan Najib. Oposisi juga semakin terbantu setelah sejumlah tokoh, termasuk dua politikus veteran, meninggalkan koalisi PM Najib Razak dan mendukung Mahathir.
Seperti dikutip CNBC, Selasa 8 Mei, survei terbaru dari grup riset independen Merdeka Center pada Kamis kemarin memperlihatkan dukungan terhadap koalisi berkuasa turun 1,8 persen ke angka 51,2 persen. Sementara dukungan untuk oposisi bertambah 7,8 persen ke angka 43,7 persen.
Oposisi berharap dapat menggunakan momentum ini untuk mengalahkan koalisi Barisan Nasional yang dipimpin PM Najib.
Dalam pemilu 2008, koalisi National Front kehilangan mayoritas di parlemen. Hasil buruk juga didapat pada 2013. Namun koalisi masih mendapat 60 persen kursi parlemen karena sistem elektoral yang menjadikan suara warga pedesaan, yang selama ini cenderung mendukung koalisi, lebih kuat dari kaum urban.
Baca: Lima Alasan PM Najib Razak Berpeluang Menang Pemilu Malaysia
Merdeka Center memprediksi koalisi Pakatan Harapan milik Mahathir dapat memenangkan 43,7 persen suara populer (popular vote), sedangkan Barisan Nasional hanya 40,3 persen.
Namun di bawah sistem pemerintahan Malaysia, partai yang mendapatkan kursi terbanyak di parlemen adalah yang keluar sebagai juara -- meski tidak memenangkan suara populer.
Sejumlah survei saat ini mengunggulkan PM Najib, meski mantan anak didik Mahathir itu tengah tersangkut skandal korupsi dan pencucian uang 1MDB. Banyak pengamat menilai skandal ini tidak melukai PM Najib karena banyak pendukungnya di wilayah pedesaan tidak memedulikan hal tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News