Jakarta: Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik mengaku telah menghubungi Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi untuk membicarakan kasus penyerangan terhadap mantan agen mata-mata Rusia, Sergei Skripal di Inggris.
(Baca: 23 Diplomat Rusia Diusir dari Inggris).
"Saya telah berkomunikasi dengan Menlu Retno. Memang kami menggalang dukungan agar Rusia mau bertanggung jawab atas apa yang sudah diperbuat," kata Dubes Moazzam dalam konferensi pers di Hotel Shangrila Jakarta, Kamis 15 Maret 2018.
"Kami mengajak semua mitra kami untuk menegakkan keadilan, dan kami respek kepada Indonesia karena ternyata Indonesia juga menaruh perhatian pada kasus ini," ungkap dia.
Dubes Moazzam melanjutkan, selain menghubungi Menlu Retno, ia juga sempat bertemu dengan beberapa pejabat Kementerian Luar Negeri RI untuk membahas tingkah Rusia yang meresahkan tersebut.
"Saya bertemu dengan teman-teman Kemenlu RI untuk membahas masalah ini. Ini adalah kasus yang harus diselesaikan. Rusia harus memperhatikan tingkah lakunya di dunia internasional," tegas dia.
Pemerintah Inggris juga telah mengonfirmasi bahwa Skripal terpapar racun semacam zat saraf. Insiden ini adalah yang pertama kalinya terjadi lagi di Eropa setelah 1945 silam.
(Baca: Rusia Tak Terima Dituduh Inggris Terkait Serangan Zat Saraf).
Skripal dan putrinya yang bernama Yulia ditemukan tak berdaya pada sebuah bangku di depan restoran di Salisbury, Inggris. Skripal adalah mantan agen mata-mata Rusia yang dituduh pengkhianat oleh negaranya sendiri.
Sementara itu, 21 orang mendapatkan perawatan medis, diduga ikut terpapar racun saat menangani kasus Skripal di Salisbury. Di antara mereka yang dirawat, terdapat polisi, ahli forensik dan analis kimia.
Pemerintah Inggris pun berencana untuk mengusir 23 diplomat Rusia. Rencana itu disampaikan oleh Perdana Menteri Theresa May di hadapan parlemen.
Sementara Rusia membantah keras tuduhan yang diarahkan kepada mereka. Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya mengatakan tuduhan Inggris bahwa Moskow bertanggungjawab atas serangan gas syaraf sama sekali tak bisa diterima.
(Baca: 23 Diplomat Rusia Diusir dari Inggris).
"Saya telah berkomunikasi dengan Menlu Retno. Memang kami menggalang dukungan agar Rusia mau bertanggung jawab atas apa yang sudah diperbuat," kata Dubes Moazzam dalam konferensi pers di Hotel Shangrila Jakarta, Kamis 15 Maret 2018.
"Kami mengajak semua mitra kami untuk menegakkan keadilan, dan kami respek kepada Indonesia karena ternyata Indonesia juga menaruh perhatian pada kasus ini," ungkap dia.
Dubes Moazzam melanjutkan, selain menghubungi Menlu Retno, ia juga sempat bertemu dengan beberapa pejabat Kementerian Luar Negeri RI untuk membahas tingkah Rusia yang meresahkan tersebut.
"Saya bertemu dengan teman-teman Kemenlu RI untuk membahas masalah ini. Ini adalah kasus yang harus diselesaikan. Rusia harus memperhatikan tingkah lakunya di dunia internasional," tegas dia.
Pemerintah Inggris juga telah mengonfirmasi bahwa Skripal terpapar racun semacam zat saraf. Insiden ini adalah yang pertama kalinya terjadi lagi di Eropa setelah 1945 silam.
(Baca: Rusia Tak Terima Dituduh Inggris Terkait Serangan Zat Saraf).
Skripal dan putrinya yang bernama Yulia ditemukan tak berdaya pada sebuah bangku di depan restoran di Salisbury, Inggris. Skripal adalah mantan agen mata-mata Rusia yang dituduh pengkhianat oleh negaranya sendiri.
Sementara itu, 21 orang mendapatkan perawatan medis, diduga ikut terpapar racun saat menangani kasus Skripal di Salisbury. Di antara mereka yang dirawat, terdapat polisi, ahli forensik dan analis kimia.
Pemerintah Inggris pun berencana untuk mengusir 23 diplomat Rusia. Rencana itu disampaikan oleh Perdana Menteri Theresa May di hadapan parlemen.
Sementara Rusia membantah keras tuduhan yang diarahkan kepada mereka. Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya mengatakan tuduhan Inggris bahwa Moskow bertanggungjawab atas serangan gas syaraf sama sekali tak bisa diterima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News