New York: Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya mengatakan tuduhan Inggris bahwa Moskow bertanggungjawab atas serangan gas syaraf sama sekali tak bisa diterima.
"Rusia menegaskan sama sekali tak bisa diterima tuduhan yang tidak dapat dibenarkan seperti yang disebut dalam surat dari (Perdana Menteri Inggris) Theresa May pada 13 Maret kepada Sekretaris Jenderal PBB," ucap Nebenzya, seperti dikutip Xinhua, Kamis 15 Maret 2018.
Keberatan Rusia itu disampaikan pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB (DK PBB) untuk membahas tuduhan mengenai penggunaan gas saraf di Inggris pada 4 Maret.
"Kami menuntut bukti material disediakan mengenai dugaan adanya keterlibatan jejak Rusia dalam peristiwa yang memiliki gema kuat ini. Tanpa ini, pernyataan bahwa ada kebenaran yang tak terbantahkan bukan lah sesuatu yang bisa kami terima," ucapnya menambahkan.
Wakil Duta Besar Inggris di PBB Jonathan Allen mengatakan ratusan warganya menghadapi kemungkinan terpapar zat kimia tersebut.
Sergei Skripal, mantan mata-mata Rusia yang berumur 66 tahun dan menjadi agenda ganda untuk Inggris, diracuni dengan zat yang dikenal dengan sebutan 'Novichok'. Zat ini tidak bisa dibuat tanpa melalui laboratorium canggih yang berada di negara besar.
"Ini bukan kejahatan biasa. Itu adalah penggunaan senjata secara tidak sah," tegas Allen.
Sementara Duta Besar AS di PBB Nikki Haley mengatakan Pemerintah Presiden Donald Trump 'berdiri dengan solidaritas kuat' dengan Inggris, setelah serangan gas syaraf terhadap mantan mata-mata Rusia dan putrinya di Kota Salisbury di Inggris pekan lalu.
"Amerika Serikat meyakini bahwa Rusia 'bertanggung-jawab atas serangan terhadap kedua orang tersebut dengan menggunakan zat saraf berteknologi militer," tambah Haley.
Rusia membantah tuduhan tersebut sebagai 'kisah khayalan' dan membantah terlibat dalam serangan itu. Duta Besar Tiongkok untuk PBB Ma Zhaoxu mengatakan, Beijing mengharapkan adanya sasaran yang objektif dan penyelidikan yang tak memihak dapat dilakukan dengan dasar fakta dan sejalan dengan peraturan internasional yang terkait.
Hal ini dapat mencapai penyelesaian dengan dasar bukti yang dapat mendukung pemeriksaan fakta dan sejarah. "Kami berhadap semua pihak terkait dapat secara layak menangani masalah ini melalui saluran yang layak," katanya.
Sergei Skripal dan putrinya ditemukan dalam keadaan terkulai dan tidak sadar di kursi di luar pusat perbelanjaan di Kota Salisbury di Inggris Selatan pada 4 Maret. Mereka masih berada dalam kondisi kritis.
Pemerintah Inggris telah menyimpulkan bahwa keduanya diracuni dengan gas syaraf Novichok. London telah menuntut Moskow menjelaskan mengapa gas syaraf yang terlacak sampai ke Rusia bisa ada di Inggris.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan pada Rabu bahwa pemerintahnya akan membekukan aset negara Rusia "dimanapun kami memiliki bukti bahwa aset itu
bisa digunakan untuk mengancam nyawa atau harta warga atau warga negara Inggris".
Sedangkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Rabu membantah keterlibatan negaranya dalam peristiwa pemberian racun tersebut.
"Rusia menegaskan sama sekali tak bisa diterima tuduhan yang tidak dapat dibenarkan seperti yang disebut dalam surat dari (Perdana Menteri Inggris) Theresa May pada 13 Maret kepada Sekretaris Jenderal PBB," ucap Nebenzya, seperti dikutip Xinhua, Kamis 15 Maret 2018.
Keberatan Rusia itu disampaikan pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB (DK PBB) untuk membahas tuduhan mengenai penggunaan gas saraf di Inggris pada 4 Maret.
"Kami menuntut bukti material disediakan mengenai dugaan adanya keterlibatan jejak Rusia dalam peristiwa yang memiliki gema kuat ini. Tanpa ini, pernyataan bahwa ada kebenaran yang tak terbantahkan bukan lah sesuatu yang bisa kami terima," ucapnya menambahkan.
Wakil Duta Besar Inggris di PBB Jonathan Allen mengatakan ratusan warganya menghadapi kemungkinan terpapar zat kimia tersebut.
Sergei Skripal, mantan mata-mata Rusia yang berumur 66 tahun dan menjadi agenda ganda untuk Inggris, diracuni dengan zat yang dikenal dengan sebutan 'Novichok'. Zat ini tidak bisa dibuat tanpa melalui laboratorium canggih yang berada di negara besar.
"Ini bukan kejahatan biasa. Itu adalah penggunaan senjata secara tidak sah," tegas Allen.
Sementara Duta Besar AS di PBB Nikki Haley mengatakan Pemerintah Presiden Donald Trump 'berdiri dengan solidaritas kuat' dengan Inggris, setelah serangan gas syaraf terhadap mantan mata-mata Rusia dan putrinya di Kota Salisbury di Inggris pekan lalu.
"Amerika Serikat meyakini bahwa Rusia 'bertanggung-jawab atas serangan terhadap kedua orang tersebut dengan menggunakan zat saraf berteknologi militer," tambah Haley.
Rusia membantah tuduhan tersebut sebagai 'kisah khayalan' dan membantah terlibat dalam serangan itu. Duta Besar Tiongkok untuk PBB Ma Zhaoxu mengatakan, Beijing mengharapkan adanya sasaran yang objektif dan penyelidikan yang tak memihak dapat dilakukan dengan dasar fakta dan sejalan dengan peraturan internasional yang terkait.
Hal ini dapat mencapai penyelesaian dengan dasar bukti yang dapat mendukung pemeriksaan fakta dan sejarah. "Kami berhadap semua pihak terkait dapat secara layak menangani masalah ini melalui saluran yang layak," katanya.
Sergei Skripal dan putrinya ditemukan dalam keadaan terkulai dan tidak sadar di kursi di luar pusat perbelanjaan di Kota Salisbury di Inggris Selatan pada 4 Maret. Mereka masih berada dalam kondisi kritis.
Pemerintah Inggris telah menyimpulkan bahwa keduanya diracuni dengan gas syaraf Novichok. London telah menuntut Moskow menjelaskan mengapa gas syaraf yang terlacak sampai ke Rusia bisa ada di Inggris.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan pada Rabu bahwa pemerintahnya akan membekukan aset negara Rusia "dimanapun kami memiliki bukti bahwa aset itu
bisa digunakan untuk mengancam nyawa atau harta warga atau warga negara Inggris".
Sedangkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Rabu membantah keterlibatan negaranya dalam peristiwa pemberian racun tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News