Uskup Agung Kolombo Malcolm Ranjith mengaku telah melihat dokumen peringatan mengenai ancaman bom lebih lanjut di Sri Lanka. Ia merasa seperti "dikhianati" oleh pemerintah karena gagal melindungi masyarakat dari aksi terorisme.
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengaku laporan intelijen mengenai ancaman bom yang didapatkan aparat keamanan tidak diserahkan kepada dirinya. Kepada kantor berita BBC, ia mengaku "tidak dilibatkan" dalam berbagai hal oleh pemerintahannya sendiri.
Kardinal Ranjith mengatakan Gereja Katolik di Sri Lanka tidak mendapatkan peringatan dari pemerintah mengenai kemungkinan adanya serangan.
"Kami tidak tahu apa-apa. Sudah seperti petir yang menyambar di siang hari," ucap Ranjith, dikutip dari laman BBC, Sabtu 27 April 2019.
"Saya merasa sedikit dikhianati. Saya sedih. Ini merupakan kecolongan yang sangat serius," lanjut dia.
"Mempertimbangkan situasi keamanan saat ini dan masih adanya ancaman serangan, kami menghentikan semua Misa Minggu hingga ada pemberitahuan lebih lanjut," tegas Ranjith.
Ia meminta pemeluk Katolik di Sri Lanka untuk "tetap berada di dalam rumah dan berdoa." Ia menyebut misa akan kembali dilanjutkan hingga situasi keamanan sudah membaik.
Rentetan ledakan bom bunuh diri di Sri Lanka pada 21 April menewaskan lebih dari 250 orang. Angka tersebut direvisi pemerintah dari sebelumnya 359 jiwa.
Pemerintah Sri Lanka menuduh kelompok ekstremis lokal National Tawheed Jama'ath (NTJ) sebagai dalang ledakan. Dua hari usai ledakan, kelompok militan Islamic State (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Baca: Militer Sri Lanka Temukan Pabrik Bom usai Baku Tembak
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id