Baca juga: Ratusan Orang Hadiri Pemakaman Korban Penembakan Christchurch.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya mengatakan, Minggu 17 Maret lalu hampir 12.000 warga Wellington dari berbagai agama dan ras memenuhi sebuah lapangan untuk bersama-bersama berdoa untuk kedamaian mereka yang telah menjadi korban, dan ketabahan mereka yang ditinggalkan.
“Jumat 22 Maret, warga Wellington kembali akan berkumpul untuk memperingati seminggu aksi teror tersebut dimaan yang perempuan diharapkan untuk mengenakan tutup kepala seperti hijab sebagai bentuk penghormatan kepada umat Islam,” ujar Dubes Tantowi, dalam keterangan tertulis KBRI Selandia Baru, yang diterima Medcom.id, Rabu, 20 Maret 2019.
Di mata Tantowi, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern yang merupakan pemimpin dunia termuda di usia 38 tahun dan sempat dianggap tidak berpengalaman, namun mampu menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin yang berani dan berempati. “Dalam waktu yang cepat dia mengumumkan ke dunia penembakan brutal di Christchursch tersebut sebagai aksi terorisme. Hal yang tidak dilakukan oleh pemimpin dunia manapun ketika di negerinya terjadi aksi brutal yang memakan korban umat Islam,” tuturnya.
Sehari setelah penembakan PM Ardern langsung terbang ke Christchurch menemui para korban dan keluarganya untuk menunjukkan simpati dan perhatiannya sebagai kepala pemerintahan.
Baca juga: Seorang WNI Tewas dalam Penembakan di Selandia Baru.
“Dia peluk keluarga korban dan bisikkan agar tenang dan tabah, Pemerintahnya akan bergerak cepat untuk memastikan semuanya akan kembali normal. Dia pun memberikan jaminan kepada keluarga yang ditinggalkan,” sebut politisi Partai Golkar itu.
“Ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump menelponnya dan bertanya apa yang Amerika bisa lakukan, dia jawab ‘Ramahlah kepada umat Islam’. Tak berapa lama Trump bikin Tweet ‘I love New Zealand’,” ucap Tantowi.
Pasca kejadian, suasana di Selandia Baru berangsur normal meski tetap ada rasa khawatir dan sedih. Tidak ada hoaks, tidak ada orang serta kelompok yang mempolitisir keadaan untuk kepentingan tertentu. Tidak ada pula yang maki-maki dan demo untuk melampiaskan kemarahan. Semuanya mendengarkan Pemerintah karena mereka tahu Pemerintah akan membuat perhitungan ke teroris dengan caranya sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News