Otoritas India telah mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk dua vaksin, yakni buatan University of Oxford bersama AstraZeneca, dan Covaxin yang merupakan karya dalam negeri.
Covaxin telah mendapat izin darurat meski belum menyelesaikan uji klinis fase 3. India berencana memvaksinasi sekitar 300 juta orang hingga Juli mendatang.
Baca: Salah Satu yang Terbesar di Dunia, Vaksinasi Covid-19 India Dimulai
Kelompok rentan seperti staf rumah sakit, orang di atas usia 50 tahun, dan warga yang berisiko tinggi tertular, diprioritaskan dalam program vaksinasi covid-19 di India.
"Kami mendapat timbal balik yang memuaskan di hari pertama," kata Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan.
"Vaksin ini akan menjadi sebuah 'Sanjeevani' (penolong jiwa) dalam perang melawan virus korona," lanjutnya, dikutip dari laman Shanghai Daily pada Senin, 18 Januari 2021.
Kemenkes India mengatakan bahwa "tidak ada satu pun kasus yang melibatkan perawatan di rumah sakit" usai vaksinasi. Vaksinasi di India berjalan lancar, dengan hanya ada satu laporan mengenai seorang petugas keamanan yang memperlihatkan reaksi alergi usai disuntik vaksin covid-19.
Mengenai jenis vaksin, seorang perwakilan dokter di rumah sakit Ram Manohar Lohia Hospital di New Delhi menulis sebuah surat dalam meminta pasokan vaksin Sinovac, bukan Covaxin. Para dokter khawatir atas keamanan Covaxin karena vaksin tersebut belum selesai menjalani uji klinis.
"Warga khawatir atas belum selesainya uji klinis Covaxin, dan mereka mungkin tidak mau berpartisipasi. Hal ini tentu menghambat tujuan dari vaksinasi," tulis para dokter di surat tersebut.
Arvind Ahuja, dokter lainnya di rumah sakit tersebut, mengaku ikut khawatir namun tetap optimistis. "Saya harap saat nanti data (Covaxin) keluar, semuanya baik. Idealnya, pihak pengembang harus menunggu selama satu bulan untuk mengetahui tingkat efikasinya," lanjut dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News