Mao Ning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, merujuk pada temuan Maret 2021 dari laporan bersama WHO-Tiongkok yang menyebut teori kebocoran lab "sangat tidak mungkin". Menurutnya, putusan itu adalah kesimpulan otoritatif berbasis sains.
"Pihak-pihak tertentu harus berhenti mengulangi narasi 'kebocoran lab', berhenti mencoreng Tiongkok, dan berhenti mempolitisasi pelacakan asal," kata Mao menanggapi laporan The Wall Street Journal dan The New York Times terkait kesimpulan Kementerian Energi Amerika Serikat.
Kesimpulan dengan keyakinan rendah itu menuturkan bahwa virus SARS-CoV-2 muncul akibat kecelakaan di laboratorium. Kementerian yang mengawasi laboratorium nasional AS itu, sebelumnya ragu-ragu tentang asal-usul virus tersebut.
Sekarang, mereka bergabung dengan penilaian "kepercayaan moderat" FBI sendiri sebagai satu-satunya agensi yang berpihak pada teori kebocoran lab. Sedangkan empat lembaga lainnya masih condong ke transmisi alami sebagai penjelasan yang paling mungkin untuk wabah awal, dan dua lainnya masih ragu-ragu.
Laporan WHO-Tiongkok yang diterbitkan hampir dua tahun lalu, adalah satu-satunya penilaian otoritatif yang dapat dibuat oleh badan kesehatan PBB tentang awal pandemi. Beijing menunjuk separuh peneliti dalam misi tersebut, membatasi akses tim ke data penting, dan memblokir upaya WHO untuk melakukan studi fase dua yang mencakup peninjauan lingkungan sekitar Wuhan.
Keputusan Beijing agak 'merusak' temuan akhir laporan itu, yang sebagian besar ditolak oleh pejabat Amerika. Akibatnya, laporan misi fase satu tidak memiliki "pengakuan luas dari komunitas internasional", bertentangan dengan klaim Tiongkok.
Empat bulan setelah menjabat, Presiden AS Joe Biden memerintahkan komunitas intelijen AS untuk menentukan kemungkinan asal-usul virus di balik penyakit yang kini telah menewaskan sedikitnya 6,8 juta orang di seluruh dunia, termasuk lebih dari satu juta orang Amerika.
Laporan setelah 90 hari tidak meyakinkan, tetapi agensi menilai virus itu bukan senjata biologis dan tidak dirilis dengan sepengetahuan Beijing.
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 mengatakan, rencana tahap dua yang gagal kemudian berubah menjadi Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Asal Usul Patogen Baru (SAGO), sebuah panel multinasional yang mencakup pakar Tiongkok, diumumkan pada Oktober 2021.
"Saya pikir kita harus benar-benar jelas bahwa WHO tidak berhenti mempelajari asal-usul covid-19. Kami belum dan tidak akan melakukannya," kata Van Kerkhove di Jenewa, dikutip dari Newsweek, Senin, 27 Februari 2023.
Ia meminta Tiongkok lebih banyak kerja sama dan kolaborasi dengan peneliti WHO di sana.
"Kami akan mengikuti sains. Kami akan terus meminta negara-negara untuk mendepolitisasi pekerjaan ini, tetapi kami membutuhkan kerja sama dari rekan-rekan kami di Tiongkok untuk memajukan ini," sambung dia.
Kerkhove menegaskan, WHO tidak akan berhenti hingga asal-usul virus ini diketahui. "Dan ini menjadi semakin sulit karena semakin banyak waktu berlalu, semakin sulit untuk benar-benar memahami apa yang terjadi pada tahap awal pandemi tersebut," lanjut dia.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO mengatakan, pelacakan asal-usul virus ini tetap 'sangat penting'. Dia mengatakan,"Seorang pejabat tinggi di Tiongkok, tujuh minggu lalu meminta kerja sama."
"Kami memang membutuhkan kerja sama dan transparansi dan informasi yang kami minta untuk mengetahui bagaimana ini dimulai," katanya.
"Jadi, saya jamin kami akan terus mendorong, kami akan terus mengejar sampai kami mendapatkan jawabannya karena ini benar secara ilmiah dan benar secara moral untuk benar-benar mengejar dan memahami jawaban atas asal-usul dan bagaimana pandemi ini dimulai," sambung dia.
Sebelumnya pada 15 Februari, Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok lainnya, mendesak WHO dan SAGO untuk "mencermati" Fort Detrick, pangkalan Angkatan Darat AS di Maryland, untuk mendapatkan petunjuk.
Pejabat Beijing, dibantu oleh media pemerintah Tiongkok, menyebarkan konspirasi asal-usul covid-19 mereka sendiri pada Maret 2020 sebagai tanggapan atas kepastian pemerintahan Trump dalam teori kebocoran laboratorium Wuhan. Mereka sekarang secara berkala menyebutkan kemungkinan asal-usul di Amerika untuk menyamakannya.
Sementara itu, para pemimpin Negeri Tirai Bambu sangat ingin melupakan pandemi setelah tiba-tiba membongkar kontrol anti-virus—menyebabkan lonjakan infeksi dan berpotensi menyebabkan lebih dari satu juta kematian—demi menstabilkan ekonomi negara itu.
Baca juga: Kementerian Energi AS Yakin Virus Covid-19 Bocor dari Lab Tiongkok
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News