Aksi protes menentang kenaikan harga bahan bakar pada 1 Januari lalu berubah menjadi gerakan luas menentang pemerintah Kazakhstan dan mantan pemimpinnya, Nursultan Nazarbayev -- pria yang dianggap masih menguasai dunia politik di sana.
Puluhan demonstran dan anggota pasukan keamanan tewas dalam kerusuhan berdarah dalam dua hari terakhir di Almaty, kota terbesar di Kazakhstan. Situasi mulai mereda pada Jumat kemarin, usai prajurit Rusia tiba di Kazakhstan sebagai bagian dari pasukan regional.
Maskapai Kuwait, Jazeera Airways, menangguhkan penerbangan ke Almaty pada Kamis kemarin, Maskapai Flydubai dan Air Arabia juga melakukan hal serupa.
Sementara itu di Amerika Serikat, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengaku heran mengapa Pemerintah Kazakhstan meminta bantuan Rusia, padahal kekuatan dalam negerinya dinilai cukup untuk mengatasi kerusuhan. Ia juga menilai pasukan Rusia kemungkinan akan tetap berada di Kazakhstan.
"Bagi saya, otoritas Kazakhstan sudah jelas memiliki kapasitas untuk mengatasi aksi protes, dengan cara menjaga ketertiban namun tetap menghormati hak-hak demonstran," tutur Blinken.
"Lantas mengapa mereka merasa perlu meminta bantuan dari luar," sambungnya.
"Saya rasa pelajaran yang dapat dipetik dalam sejarah belum lama ini adalah, di saat Rusia berada di dalam rumah Anda, terkadang sangat sulit untuk membuat mereka pergi," sebut Blinken.
Baca: AS Heran Mengapa Kazakhstan Undang Rusia untuk Tangani Kerusuhan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News